MEDIASERUNI – Legenda Pedang Suryakencana dari Kerajaan Pajajaran salah satu cerita mistis yang sangat menarik dan memiliki tempat penting dalam tradisi serta kepercayaan masyarakat Jawa Barat, khususnya di wilayah Banten.
Cerita ini menggambarkan Pedang Suryakencana sebagai pusaka yang tak hanya sekadar benda fisik, tetapi juga lambang kekuatan spiritual dan legitimasi kekuasaan.
Pedang Suryakencana dipercaya tertancap di sebuah batu di kawasan pegunungan Pulosari, Banten, dan memiliki kekuatan mistis yang luar biasa. Pedang ini diceritakan hanya dapat dicabut oleh pewaris sah Kerajaan Pajajaran, keturunan langsung Prabu Siliwangi.
Dalam konteks sejarah, Kerajaan Pajajaran adalah salah satu kerajaan besar di tanah Pasundan (Sunda) yang mencapai puncak kejayaannya di bawah Prabu Siliwangi. Namun, kerajaan ini akhirnya runtuh akibat serangan dari Kesultanan Banten.
Menariknya, dalam beberapa versi legenda, disebutkan bahwa setelah kerajaan tersebut hancur, Pajajaran tidak lenyap begitu saja, melainkan hilang secara gaib, seolah-olah ‘menghilang’ dari dunia fisik namun tetap eksis di alam spiritual.
Pedang Suryakencana pun, dalam cerita ini, dianggap sebagai salah satu benda sakti yang masih “menjaga” roh dan jiwa Kerajaan Pajajaran.
Keturunan Pajajaran
Prabu Siliwangi, yang merupakan sosok sentral dalam berbagai cerita rakyat Sunda, dikenal sebagai raja yang arif, bijaksana, dan memiliki hubungan kuat dengan alam serta dunia spiritual.
Banyak mitos yang berkembang di sekitarnya, termasuk legenda harimau putih yang melambangkan kekuatannya. Meski Pedang Suryakencana mungkin tidak sepopuler legenda harimau putih, ia tetap menjadi bagian penting dari warisan mistis yang mengitari figur Prabu Siliwangi.
Pedang Suryakencana tersebut juga sering kali dikaitkan dengan keturunan Pajajaran yang dianggap sebagai pewaris sah kekuasaan yang berhak atas tahta.
Dalam legenda ini, ada keyakinan kuat bahwa hanya keturunan langsung dari raja yang memiliki darah biru Pajajaran yang mampu mencabut pedang ini dari batunya.
Ini memperkuat nilai-nilai hierarki dalam masyarakat kerajaan, di mana darah dan garis keturunan dianggap sebagai faktor utama yang menentukan hak dan kewibawaan seseorang.
Pedang Suryakencana
Selain sebagai simbol kekuasaan kerajaan, Pedang Suryakencana juga dianggap sebagai lambang kekuatan spiritual yang terus terjaga hingga kini, meski secara fisik Kerajaan Pajajaran telah lenyap.
Dalam pandangan masyarakat Banten, terutama mereka yang tinggal di sekitar Gunung Pulosari, legenda ini dianggap sebagai bagian dari warisan budaya dan spiritual yang harus dihormati.
Pedang ini dipercaya masih memiliki energi mistis yang dapat memberikan perlindungan dan kekuatan bagi mereka yang memiliki hubungan spiritual dengannya.
Bagi masyarakat setempat, legenda Pedang Suryakencana bukan hanya sekadar cerita dari masa lalu, tetapi juga simbol kebanggaan dan identitas kultural yang terus hidup.
Bahkan, hingga saat ini, ritual-ritual dan penghormatan terhadap pusaka serta situs-situs sakral seperti di Gunung Pulosari masih dilakukan sebagai bagian dari tradisi yang turun-temurun.
Warisan Budaya
Legenda Pedang Suryakencana, meskipun tidak sepopuler beberapa legenda lain dari Pajajaran, tetap memiliki tempat khusus dalam hati masyarakat Sunda. Cerita ini mencerminkan betapa pentingnya pusaka sebagai representasi kekuatan dan warisan, serta menunjukkan hubungan yang erat antara dunia fisik dan spiritual dalam tradisi Sunda.
Pedang ini tak hanya berperan sebagai simbol kekuasaan, tetapi juga sebagai bagian dari identitas dan keberlanjutan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di tengah perubahan zaman, legenda ini tetap menjadi pengingat akan kejayaan masa lalu serta kekuatan spiritual yang masih diyakini ada hingga kini.
Masyarakat di sekitar Gunung Pulosari, misalnya, terus menjaga dan merawat situs-situs terkait legenda ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan pusaka-pusaka yang diyakini masih memiliki kekuatan mistis. (*)