MEDIASERUNI – Fakta dibalik mitos. Kamu sedang hamil, jangan melangkahi benda tajam. Pamali tahu, nanti terjadi kenapa-napa dengan bayinya. Malapetaka terbesar, bayinya bisa lahir cacat.
Anggapan seperti itu masih bertahan kuat dalam kehidupan masyarakat. Secara keseluruhan, kepercayaan seperti ini bertahan karena faktor budaya, psikologis, dan rasa nyaman mengikuti tradisi, meskipun tidak didukung oleh bukti ilmiah.
Kepercayaan bahwa wanita hamil yang melangkahi pisau atau benda tajam dapat menyebabkan bayinya cacat adalah bagian dari mitos yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam beberapa budaya.
Secara ilmiah, tidak ada bukti yang mendukung hubungan antara tindakan tersebut dengan kondisi fisik janin. Namun, keyakinan ini mungkin muncul karena beberapa faktor yang berkaitan dengan keselamatan dan simbolisme.
5 Larangan Buat Ibu Hamil
1. Kekhawatiran terhadap Keselamatan: Pisau atau benda tajam memang berpotensi berbahaya, terutama bagi wanita hamil yang mungkin kurang stabil atau lebih rentan terhadap cedera.
Oleh karena itu, larangan melangkahi benda tajam bisa dianggap sebagai bentuk perhatian terhadap keselamatan ibu dan bayi, meski alasan yang diberikan terdengar tidak ilmiah.
2. Budaya dan Tradisi: Mitos seperti ini biasanya berakar dalam tradisi dan budaya yang sudah lama ada. Dalam masyarakat, cerita-cerita seperti ini sering digunakan untuk menjaga norma-norma dan memberi peringatan agar berhati-hati.
Meskipun masyarakat modern lebih kritis, mitos yang diwariskan turun-temurun cenderung bertahan lama, apalagi jika terus disebarkan dalam lingkungan keluarga.
3. Simbolisme Pisau: Dalam banyak budaya, pisau atau benda tajam sering kali memiliki makna simbolis, seperti melambangkan kekerasan, bahaya, atau potensi perpecahan.
Dalam konteks kehamilan, pisau mungkin dianggap sebagai simbol ancaman terhadap keutuhan dan kesehatan janin, meskipun ini hanyalah pemikiran simbolis dan tidak berbasis fakta.
4. Pengaruh Psikologis: Beberapa orang merasa aman dengan mengikuti tradisi atau nasihat lama karena adanya keyakinan bahwa menghindari pantangan bisa melindungi dari “bahaya”. Secara psikologis, hal ini memberikan rasa kontrol dan perlindungan, meskipun tidak rasional.
5. Kurangnya Edukasi Kesehatan: Di beberapa tempat, masih ada kesenjangan pengetahuan tentang kehamilan yang didasarkan pada bukti medis. Ketika informasi ilmiah kurang tersedia atau sulit diakses, mitos sering kali menjadi sumber informasi utama. (*)