MEDIASERUNI.ID – Hutan Aokigahara, dikenal juga sebagai “Jukai” (Sea of Trees), sudah lama punya reputasi angker dalam budaya Jepang. Tapi awalnya, bukan sebagai tempat bunuh diri.

Pada zaman dahulu, hutan ini dikenal karena praktik ubasute, kisah tragis di mana orang tua yang sudah sakit atau lemah ditinggalkan di hutan untuk mati agar tidak membebani keluarga.

Walaupun ini masih diperdebatkan apakah benar-benar terjadi atau hanya mitos, cerita ini memperkuat citra seram Aokigahara.

Fenomena Aokigahara sebagai lokasi bunuh diri mulai meningkat tajam sejak tahun 1950-an, terutama setelah publikasi novel “Kuroi Jukai” (Sea of Trees) karya Seichō Matsumoto.

Dalam novel itu, dua kekasih melakukan bunuh diri di hutan tersebut. Setelahnya, tempat ini seakan “ditandai” oleh publik sebagai tempat kematian.

Baca Juga:  Fenomena Kucing Tiba Tiba Suka Berak di Teras Rumah, Apakah Ini Sebuah Pertanda

Tahun demi tahun, angka bunuh diri di sana meningkat drastis, hingga membuat pemerintah Jepang kewalahan.

Misteri dan Aura Mistis

Yurei (roh penasaran): Dalam kepercayaan Jepang, orang yang mati dengan rasa putus asa akan menjadi roh penasaran yang tidak bisa tenang.

Konon, di malam hari, bisa terdengar suara tangisan, bisikan, atau bahkan muncul sosok-sosok bayangan yang menuntun orang untuk mengikuti mereka… ke kematian.

Kompas dan GPS kacau: Banyak pengunjung mengaku bahwa alat navigasi jadi tidak berfungsi di dalam hutan. Ini membuat suasana semakin mencekam dan bisa menyebabkan orang tersesat.

Baca Juga:  Mantap! Kajati Jabar Kunjungan Kerja ke Kejaksaan Negeri Cimahi

Suara hutan yang mencekam: Karena pohonnya sangat padat, suara dari luar nyaris tidak bisa masuk. Hutan ini terasa sunyi dan “menghisap” suara, membuat siapa pun merasa benar-benar sendirian.

Tanda-Tanda Bunuh Diri

Petugas kadang menemukan barang-barang pribadi ditinggal begitu saja. Tali berwarna yang digunakan orang untuk menandai jalan mereka, tapi kadang tali itu berujung pada jasad. Hingga pesan terakhir atau surat perpisahan.

Pemerintah Jepang sendiri berusaha menekan jumlah bunuh diri, dengan memasang papan peringatan seperti “Pikirkan kembali keputusanmu” atau “Hidupmu berharga” maupun “Bicaralah dengan seseorang sebelum mengambil keputusan”. (*)