MEDIASERUNI – Misteri Putri Hijau dari Kerajaan Melayu tak kalah mistisnya dengan Nyai Roro Kidul dari Kerajaan Pajajaran. Putri hijau disebut memiliki dua saudara kembar sakti yang sanggup mengubah diri jadi ular naga Simangombus dan meriam puntung (buntung).

Tak ubahnya Kerajaan Melayu Kerajaan Pajajaran pun memiliki ular naga yang merupakan perujudan Nyai Roro Kidul, Putri Pajajaran. Demikian pun meriam, Pajajaran juga memiliki meriam keramat hasil barter rempah – rempah dengan Portugis.

Nasib Putri Hijau inipun mirip-mirip dengan yang terjadi dengan Nyai Roro Kidul. Kalau Putri Hijau di Samatera Nyai Roro Kidul di Jawa. Namun keduanya disebut memiliki wajah yang sangat cantik, dan sama-sama berkorban demi kejayaan kerajaannya.

Putri Hijau merupakan adik raja Mambang Yazid dari Kerajaan Tanah Deli yang bisa berubah jadi ular naga. Mereka lahir di desa Siberaya, dekat hulu sungai Petani (sungai Deli).

Kecantikannya memancarkan warna kehijauan yang berkilau dan menjadi kesohor ke berbagai pelosok negeri, mulai dari Aceh, Malaka, hingga bagian utara pulau Jawa. Ia kemudian dinamai Puteri Hijau.

Baca Juga:  Filosofi Kembang Setaman Dalam Ritual Adat Jawa, Penjelasannya Begini

Ular Simangombus memiliki selera makan yang luar biasa dan digambarkan seakan tidak pernah kenyang. Rakyat Siberaya akhirnya tidak sanggup lagi menyediakan makanan untuk naga ini.

Sehingga Sang Puteri bersama kedua saudaranya memutuskan pindah ke hilir sungai, dan menetap di sebuah perkampungan baru yang sekarang dikenal dengan nama Deli Tua.

Di sini, para pengikutnya membangun benteng yang kuat, dan negeri itu cepat makmur. Kecantikan Sang Puteri yang menyebar seperti kabar burung ke segala penjuru suatu ketika mendarat di telinga Raja Aceh.

Raja Aceh kepincut dan mengirim bala tentara untuk meminang Puteri Hijau. Namun, pinangan ini ditolak dan membuat Raja Aceh betul-betul dilanda murka.

Ia merasa diri dan kerajaannya dihina sehingga jatuhlah perintah untuk segera menyerang benteng Puteri Hijau. Pasukan Aceh gagal menembus benteng yang sangat kokoh.

Baca Juga:  Pasar Setan di Gunung Lawu Mitos Menyeramkan di Jalur Pendakian

Menyadari jumlah pasukannya makin menyusut setelah banyak yang terbunuh, panglima-panglima perang Aceh memakai siasat baru. Mereka menyuruh prajuritnya menembakkan ribuan uang emas ke arah prajurit benteng yang bertahan di balik pintu gerbang.

Suasana menjadi tidak terkendali karena para penjaga benteng itu berebutan uang emas dan meninggalkan posnya. Ketika mereka tengah sibuk memunguti uang logam, tentara Aceh menerobos masuk dan dengan mudah menguasai benteng.

Pertahanan terakhir yang dimiliki orang dalam adalah salah seorang saudara Puteri Hijau, yaitu Meriam Puntung. Meriam ini terus-terusan menembak hingga kepanasan dan akhirnya meledak dan buntung ujungnya.

Sementara, Putri Hijau yang berada dalam istana berhasil diselamatkan abangnya Naga Simangombus sebelum istana dikuasai tentara Aceh.

Konon, Naga Simangombus meminta Putri Hijau masuk ke dalam peti kaca yang telah dipersiapkan. Simangombus membawa Putri Hijau menyingkir ke Pulau Berhala. (Ari/*)