MEDIASERUNI.ID – Mudik lebaran selalu menjadi momen yang dinanti banyak orang, termasuk aku dan keluargaku. Namun ada peristiwa aneh yang terjadi pada saat itu. Aku mengalami time slip atau slip waktu di jalan lintasan Bangkalan, Madura.
Peristiwanya terjadi pada lebaran 2018 lalu. Kami sekeluarga: aku, istriku, dua anakku yang masih balita, ibuku, dan adik laki-lakiku berangkat dari Karawang dengan mobil Rush silver, menempuh perjalanan panjang menuju Madura, untuk mengantar ibuku sebelum melanjutkan ke Lamongan.
Pukul 23.30 Wib, kami keluar dari Tol Surabaya, bermodalkan Google Maps sebagai penunjuk arah. Tujuan kami jelas: menyeberangi Jembatan Suramadu dan menuju Kecamatan Kamal, Bangkalan.
Namun seperti banyak cerita mudik lainnya, perjalanan kami pun dipenuhi kesasar sampai-sampai sempat masuk ke halaman rumah orang karena salah jalur.
Tapi ada satu bagian dari perjalanan itu yang tak pernah kulupakan.
Bagian yang hingga kini, tujuh tahun berlalu, masih membekas dalam benakku, karena ia seperti menembus batas logika dan waktu.
Kakek Misterius Bersepeda Kumbang
Sekitar pukul 03.20 Wib, selepas melewati Jembatan Suramadu, kami kembali tersesat. Jalan yang seharusnya mengarah ke Bangkalan malah membawa kami ke jalan yang sunyi, gelap, dan sepi seperti tak berpenghuni. Semua tertidur lelap di mobil kecuali aku, yang berjuang menahan kantuk sambil terus menyetir.
Entah kenapa, hatiku terasa was-was. Ada firasat aneh, seperti sedang diawasi, atau berada di tempat yang bukan seharusnya. Di tengah rasa kantuk yang memuncak, kelopak mataku tertutup sejenak.
Mungkin hanya beberapa detik, tapi cukup untuk mengubah segalanya, ketika aku dihadapkan pada jalan bercabang di lintasan Bangkalan. (Belakang aku tahu, dua jalur itu menuju sama sama menuju kecamatan Kamal, meski beda jalan) dan aku mengambil cabang jalan yang kekiri.
Ada rasa heran menggayuti diriku. Aku merasa jalan ini tak lajim. Tidak ada rumah dan tidak ada lampu jalan atau listrik. Keseluruhan sepi dan lengang.
Saat mataku terbuka kembali, aku melihat pemandangan yang ganjil di sisi kiri jalan. Sebuah hutan lebat terbentang, dan aku sempat melirik seorang pria paruh baya didepanku, berjalan disisi kiri jalan.
Lelaki itu mengenakan pakaian serba hitam, menutupi tubuh layaknya petani zaman dulu lengkap dengan topi caping di kepala, dia menuntun sepedanya yang tua, tergantung dua keranjang penuh sayuran di kanan dan kiri sepedanya.
Dan, segalanya terasa lambat. Hening. Waktu seolah berhenti, hingga terdengar teriakan Allahhu Akbar, suara adik lelakiku dari arah belakang, persis ketika aku akan menabrak orang tua itu.
Rush warna Silver yang baru kami beli berhenti mendadak mengikuti kakiku yang reflek menginjak rem begitu mendengar teriakan, membangunkan seisi mobil.
Suara Istigfar spontan memenuhi seisi mobil begitu sadar sebuah pohon besar, hanya berjarak kurang lebih satu meter disisi kiri mobil.
Aku tercengang, tak dapat aku bayangkan andaikan aku menabrak pohon besar itu. Untuk sesaat mataku menatap tak yakin pada pohon besar tersebut. Betapa tidak! Kalau ternyata posisi pohon besar itu adalah tempat dimana kakek tua yang aku lihat tadi menuntun sepedanya.
Antara percaya dan tidak aku keluar mobil dan memastikan yang aku lihat. Aku sempat shock begitu menyadari tidak ada hutan lebat dengan pohon pohon besar disitu, kecuali kebun yang tak terawat dengan rumput dan ilalang setinggi betis.
Hal yang mengherankan kantukku langsung sirna. Tubuhku terasa enteng, segar, dan pikiranku jernih seperti baru bangun dari tidur panjang. Dan, di kanan kiriku pun terlihat lampu lampu listrik dari rumah-rumah yang ada dipinggir jalan.
Cerita ternyata tak berhenti disitu. Kami sampai di Wisma AL Batuporon, Kamal, mendekati azan subuh. Begitu turun, aku sempat melihat anakku yang nomor dua, masih kelas satu SD, berjalan memasuki rumah kosong yang belakangnya tembus ke jalan yang akan kami lintasi.
Anakku ternyata tak keluar keluar dari bangunan itu. Kami pun sibuk mencarinya di dalam bangunan itu. Sekitar 20 menit kami mencari dan tak ketemu. Dalam kondisi panik, anakku tiba-tiba muncul dari dalam kebun dibelakang bangunan itu, dan langsung aku gendong.
Fenomena Time Slip
Kejadian ini adalah contoh dari fenomena yang dikenal sebagai “time slip” atau selip waktu. Time slip merujuk pada pengalaman di mana seseorang merasa tergelincir ke masa lain baik masa lalu atau masa depan tanpa alat bantu, dan sering kali hanya sesaat.
Fenomena ini telah banyak dilaporkan di berbagai belahan dunia. Misalnya, dua wanita Inggris bernama Anne Moberly dan Charlotte Jourdain yang pada tahun 1901 mengaku “terpeleset” ke masa ketika Marie Antoinette masih hidup saat mengunjungi Istana Versailles.
Contoh lain adalah kasus sopir yang tiba-tiba melihat toko-toko tua dari era 1950-an, lalu semuanya kembali normal dalam hitungan menit.
Sudut Pandang Sains
Dari sisi ilmiah, fenomena seperti ini kadang dijelaskan lewat berbagai pendekatan atau teori.
Microsleep: kondisi di mana otak “tertidur” selama beberapa detik akibat kelelahan ekstrem, memungkinkan visual atau mimpi singkat yang tercampur dengan kenyataan.
Transient altered state: perubahan kesadaran singkat yang bisa menghasilkan penglihatan yang kuat.
False memory: otak bisa saja menciptakan gambaran kuat berdasarkan memori lama yang tertanam dalam bawah sadar.
Namun, ada pula pandangan dari fisika teoretis yang menganggap waktu dan ruang bisa “melengkung”, seperti dijelaskan dalam relativitas Einstein.
Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan adanya tumpang tindih antara dimensi waktu berbeda yang secara kebetulan dapat disentuh oleh manusia biasa.
Dari perspektif spiritual dan budaya lokal, terutama dalam kepercayaan Jawa, tempat-tempat sepi dan sunyi kerap dipercaya sebagai titik energi atau “gerbang” ke alam lain.
Mereka yang sedang dalam kondisi psikis tertentu lelah, kosong, atau was-was—bisa lebih mudah “melihat” atau “merasakan” dimensi tersebut.
Misteri yang tak Perlu Jawaban
Apakah aku mengalami time slip sungguhan? Atau hanya ilusi karena kantuk? Mungkin tak akan pernah ada jawaban pasti. Tapi bagiku, malam itu nyata. Terlalu nyata untuk dianggap sekadar mimpi.
Mungkin alam semesta memang punya caranya sendiri menunjukkan bahwa ada lebih banyak hal di dunia ini yang belum kita mengerti. Dan terkadang, kita diberi kesempatan sekilas untuk menyadari betapa luas dan misteriusnya kenyataan yang kita jalani. (*)