MEDIASERUNI – Tak dapat dipungkiri, saat itu baik Mahisa maupun Raja Siluman sudah mengeluarkan ajian andalan. Barusan itu Mahisa melepas aji Walet Memecah Batin. Ajian inilah yang membuat Mandor Surak yang diam-diam merasakan tak menyangka bahwa ajian itu dimiliki Mahisa.
Demikian Raja Siluman, diapun tak mengira Mahisa memiliki ajian langka yang hanya bida dilepaskan lewat kekuatan batin. Kendati demikian, Raja Siluman berusaha menyembunyikan, sambil berucap. “Kawan Mahisa, engkau keliru menduga. Bukan soal parang, tapi mengenai tanah ini, harus ada yang diwariskan kepada generasi berikutnya.”
Mahisa lintangkan Parang Setan didepan dada, menahan serangan batin Raja Siluman. “Keperkasaan dan harga diri Sisingamangaraja, itulah warisan yang sesungguhnya, datuk.”
“Kawan Mahisa, kau bukan orang batak, macam mana pula kau bisa berucap begitu.” Mahisa pun lantas tersenyum, karena mulai merasakan tenaga batin sang datuk mulai melemah.
Sesungguhnya Mahisa inilah Macan Hisbullah Aceh, salah satu panglima perang Aceh paling ditakuti Kompeni Belanda dewasa itu. Mendengar sang datuk masih bicara feodal Mahisapun tak sabar.