MEDIASERUNI.ID – Bengawan Solo, sungai terpanjang di Pulau Jawa, bukan sekadar aliran air yang membelah daratan. Di balik arus tenangnya, tersimpan kisah-kisah gaib yang sudah turun-temurun menghantui benak masyarakat.
Konon, sungai ini tak hanya dijaga aparat manusia, melainkan juga para makhluk halus yang telah menempati wilayahnya sejak zaman dahulu kala. Ada aura mistis yang menguar begitu malam menjelang, seolah – Olah alam gaib membuka gerbangnya di sepanjang aliran sungai ini.
Banyak yang mengaku mendengar suara gamelan mengalun lirih dari kejauhan, entah dari dasar sungai atau dari semak di tepiannya. Suara itu datang dan pergi seperti bisikan, tak pernah jelas sumbernya, tapi cukup kuat mengguncang bulu kuduk.
Lebih misterius lagi, suara derap roda kereta kuda kadang terdengar melintas di malam hari, padahal tak satu pun kendaraan lewat. Mereka yang cukup nekat untuk menyelidiki, seringkali berakhir dengan tubuh lemas dan mata kosong, seolah melihat sesuatu yang tak bisa diceritakan dengan kata-kata biasa.
Penampakan noni Belanda menjadi cerita yang cukup populer di kalangan warga sekitar. Perempuan muda berwajah pucat dengan gaun era kolonial sering terlihat berdiri di tepian, memandang sungai dengan tatapan sendu.
Ada yang bilang, ia adalah korban cinta terlarang di masa lalu, bunuh diri karena cintanya pada pribumi tak direstui. Arwahnya konon belum tenang, dan memilih menetap di sisi Bengawan Solo untuk terus menanti kekasihnya yang tak pernah kembali.
Yang membuat sungai ini semakin diselimuti kabut mistis adalah kepercayaan bahwa beberapa korban tenggelam di Bengawan Solo sebenarnya bukan murni kecelakaan. Dalam masyarakat Jawa, ada istilah “diminta” sebuah kondisi di mana seseorang diambil oleh penghuni gaib tempat tertentu.
Bengawan Solo dipercaya sebagai tempat yang sering “meminta”, terutama pada bulan Suro, bulan keramat dalam penanggalan Jawa yang dipercaya sebagai saat di mana tirai dunia nyata dan dunia tak kasat mata mengabur.
Bulan Suro, bagi banyak spiritualis dan orang tua dahulu, adalah waktu di mana kekuatan gaib berada pada puncaknya. Di masa ini, air Bengawan Solo dianggap “hidup”, dan penunggunya lebih aktif.
Maka tak heran jika saat bulan ini tiba, warga sekitar kerap menggelar ritual khusus untuk menghormati para penunggu sungai, agar tidak terjadi “permintaan” yang tak diinginkan. Sesajen, doa-doa malam, hingga taburan bunga kerap terlihat di beberapa titik tertentu di sepanjang aliran sungai.
Meski terdengar menyeramkan, cerita-cerita mistis ini juga menjadi bagian dari warisan tak kasat mata yang memperkaya budaya setempat.
Sungai Bengawan Solo tak hanya mengalirkan air, tetapi juga mitos, kenangan, dan pesan-pesan gaib yang entah bagaimana bisa terus hidup dari generasi ke generasi. Ia menjadi semacam “sungai antara dunia”, tempat di mana realitas dan alam halus berjalan berdampingan, sesekali saling menyentuh.
Percaya atau tidak, Bengawan Solo bukan sungai biasa. Ia adalah lorong waktu, sekaligus gerbang gaib yang menyimpan ribuan kisah yang tak bisa dijelaskan logika. Maka, jika suatu malam kau melintas di dekatnya dan mendengar suara gamelan lirih dari kejauhan, jangan buru-buru mencari sumbernya. Bisa jadi, itu undangan dari dunia yang tak semestinya dijawab. (*)