MEDIASERUNI.ID – Salah satu ajaran utama dalam naskah kuno Sanghyang Siksakandang Karesian adalah pentingnya kesopanan dan tata krama. Wanita Jawa Barat diajarkan untuk bersikap santun dalam tutur kata, lembut dalam perilaku, serta menghormati orang tua maupun pasangan.

Jejak ajaran ini masih terlihat pada sifat perempuan Sunda yang dikenal someah hade ka semah yakni ramah, sopan, dan menghargai orang lain. Kesantunan ini bahkan menjadi identitas budaya masyarakat Jawa Barat.

Selain itu, peran perempuan dalam keluarga juga sangat ditekankan. Naskah menyebutkan bahwa perempuan adalah penjaga kehormatan keluarga sekaligus pengatur rumah tangga.

Konsep ini selaras dengan pandangan masyarakat Sunda tradisional bahwa ibu adalah pusat kasih sayang, teladan moral, dan pilar utama dalam membesarkan anak-anak dengan nilai-nilai kebaikan.

Tidak heran, perempuan Sunda kerap digambarkan sebagai indung tunggul rahayu—ibu yang menjadi sumber kesejahteraan keluarga.

Etika pergaulan juga mendapat perhatian dalam naskah tersebut. Perempuan dituntut menjaga diri, menjauhi pergaulan bebas, serta bersikap terhormat di ruang publik.

Baca Juga:  Masih Jomblo Merapat! Ternyata Begini Cara Pria Memilih Wanita Idaman

Warisan ajaran ini masih terasa dalam perilaku wanita Jawa Barat yang dijunjung sebagai sosok lembut, anggun, namun tegas dalam menjaga kehormatan dirinya. Nilai ini pula yang membuat perempuan Sunda memiliki citra sebagai pribadi yang halus tetapi berprinsip.

Naskah juga menekankan nilai spiritualitas dan kesederhanaan. Perempuan ideal digambarkan sebagai sosok yang hidup bersahaja, tidak berlebihan, rajin, dan dekat dengan nilai keagamaan.

Hal ini tercermin dalam budaya Sunda yang menilai tinggi sifat hade gogog hade tagog—baik dalam ucapan maupun tindakan, serta selalu menjunjung kerendahan hati.

Lebih jauh, ajaran ini melahirkan konsep istri ideal dalam pandangan Sunda, yakni perempuan yang bukan hanya cantik rupa, tetapi juga cantik budi, sikap, dan perbuatan. Dalam istilah Sunda, hal ini disebut hade rupi, hade lampah, hade budi.

Baca Juga:  Momen Hari Anak Nasional, Bilqis Priscilla ke Papua Wakili Jawa Barat Sebagai Anak Berprestasi Indonesia

Pandangan tersebut sejalan dengan harapan masyarakat terhadap peran perempuan yang mampu menjadi penyeimbang antara keharmonisan rumah tangga, martabat diri, dan kontribusi sosial.

Nilai-nilai yang terkandung di dalam naskah sanghyang siksa kandang karesian bukan hanya menjadi pedoman hidup masyarakat Sunda pada masa lalu, tetapi juga membentuk karakter perempuan Jawa Barat hingga kini.

Dari kesantunan, peran sebagai ibu, etika pergaulan, hingga kesederhanaan, semuanya menunjukkan bahwa warisan leluhur tetap hidup dalam perilaku generasi masa kini.

Perlu disampaikan, naskah Sanghyang Siksakandang Karesian ditulis tahun 1518 M merupakan salah satu peninggalan penting dari Kerajaan Sunda. Naskah ini berisi ajaran moral, tata kehidupan, hingga pedoman perilaku sosial yang diwariskan kepada masyarakat Sunda.

Meski berasal dari abad ke-16, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya masih terasa hidup hingga kini, terutama dalam karakter dan perilaku wanita Jawa Barat. (berbagai sumber)