Bandung Barat, MEDIASERUNI.ID – Beberapa hari terakhir, publik dikejutkan oleh tragedi keracunan massal yang dialami para siswa di Kabupaten Bandung Barat. Di Kecamatan Cipongkor, sejumlah siswa dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Sementara di Kecamatan Cihampelas, kasus serupa juga menimpa siswa SMK pada Rabu 24 September 2025.
Situasi darurat tersebut membuat lalu lintas ambulans menuju rumah sakit dan klinik menjadi padat. Pemandangan mobil ambulans yang hilir mudik bahkan sempat diabadikan masyarakat dan ramai dibagikan di media sosial.
Di balik peristiwa memilukan ini, tersimpan kisah inspiratif dari para pengemudi ambulans yang dengan gigih menjalankan tugas kemanusiaan. Salah satunya datang dari pengemudi ambulans Pesantren Al-Hilal, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, yakni Arif Rahman Hakim dan Wanda Purnama.
Turut Evakuasi di Malam Pertama
Arif menceritakan pengalamannya pada hari pertama kejadian, Senin 22 September 2025. Ia bersama tim Al-Hilal turut membantu mobilisasi dan evakuasi korban di Posko Kecamatan Cipongkor untuk kemudian dirujuk ke rumah sakit maupun klinik.
“Malam itu ambulans Al-Hilal tiba sekitar pukul 9. Sesampainya di kantor Kecamatan Cipongkor, kami langsung melihat banyak ambulans yang sudah standby maupun lalu-lalang membawa pasien. Kami pun dipersilakan menunggu di area parkir,” ungkap Arif.
Ia menuturkan, suasana di lapangan belakang kantor kecamatan sangat ramai. Pasien berdatangan tanpa henti, sementara tenaga medis, dokter, perawat, hingga relawan terus berjibaku melakukan penanganan.
“Kami sangat prihatin, sedih, bahkan rasanya seperti mimpi melihat kejadian sebesar ini. Namun kenyataannya memang demikian. Kami ikut membantu mengevakuasi pasien yang baru datang. Ada yang datang pukul 9 malam, 10 malam, bahkan hingga tengah malam, dan rata-rata kondisinya cukup parah,” tambahnya.
Rumah Sakit Penuh Pasien
Pada malam itu, Arif bersama tim juga sempat mengantar pasien ke RSUD Cililin. Mereka berangkat sekitar pukul 12 malam dan tiba pukul 1 dini hari. Namun sesampainya di sana, kondisi IGD pun sudah penuh dengan pasien.
“Bahkan ada satu keluarga, adik dan kakaknya, sama-sama dirawat di rumah sakit,” ujarnya.
Setelah itu, ambulans Al-Hilal kembali standby di Cipongkor hingga sekitar pukul 3 pagi sebelum akhirnya diperbolehkan pulang karena jumlah pasien berangsur menurun.
Berlanjut Hingga Hari Ketiga
Keesokan harinya, ambulans Al-Hilal kembali dikerahkan untuk menjemput pasien yang sudah diperbolehkan pulang dari klinik. Mereka juga turut mengantar pasien kembali ke rumah masing-masing sesuai permintaan keluarga.
Namun, pada Rabu 24 September 2025, kasus keracunan kembali terjadi di dua lokasi berbeda. Ambulans Al-Hilal kembali terjun ke lapangan untuk mengevakuasi korban. Bahkan, di perjalanan menuju kecamatan, mereka sudah dimintai pertolongan oleh warga.
Panggilan Kemanusiaan
Bagi Arif dan rekan-rekannya, pengalaman ini begitu berkesan sekaligus menantang. “Perasaan kami sungguh luar biasa. Kejadian ini jarang terjadi, sangat memprihatinkan, tapi sekaligus menjadi panggilan kemanusiaan. Sebagai pelayan masyarakat, terutama di bidang kesehatan, kami merasa bahagia bisa berpartisipasi,” tuturnya.
Arif menutup ceritanya dengan sebuah harapan: “Semoga program ini terus berbenah dan melakukan evaluasi. Jika pun tetap dilanjutkan, mudah-mudahan menjadi perhatian bersama semua pihak agar kejadian serupa tidak terulang,” pungkasnya kepada Mediaseruni, Kamis 25 September 2025. (Dadan)