MEDIASERUNI.ID – Di pedesaan, pohon pisang begitu akrab dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan di halaman rumah perkotaan pun, pohon ini sering ditanam dan dimanfaatkan. Jika direnungi, pohon pisang menyimpan kearifan hidup yang begitu dalam. Ia bukan sekadar tumbuhan yang menghiasi sawah, pekarangan, atau taman, melainkan guru kehidupan yang memberi teladan bagi manusia.
Pohon pisang berbuah dan batangnya akan mati setelah itu. Hal ini mengingatkan kita bahwa hidup sebaiknya diisi dengan manfaat hingga akhir hayat. Dari batang hingga daun dan buah, hampir tidak ada bagian dari pohon pisang yang sia-sia.
Demikian pula manusia: sepanjang usia, apa pun profesi dan perannya, hendaknya diisi dengan karya, kebaikan, dan kontribusi nyata. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni). Hadis ini menegaskan bahwa ukuran kebaikan seseorang bukan hanya pada banyaknya ibadah pribadi, tetapi sejauh mana ia memberi manfaat bagi sesama.
Lebih dari itu, pohon pisang tidak akan mati sebelum anaknya tumbuh. Ia menyiapkan penerus, memastikan kehidupan tidak berhenti pada dirinya. Inilah pesan tentang kaderisasi: sebelum ajal menjemput, kita perlu menyiapkan generasi baru—anak-anak, murid, kader, atau siapa pun yang kita dampingi—agar mereka tumbuh lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih bermanfaat dibanding diri kita.
Al-Qur’an juga menekankan pentingnya menyiapkan generasi. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah, baik dalam iman, ilmu, maupun kehidupan, agar kebaikan dan perjuangan dapat diteruskan.
Bayangkan jika pohon pisang hanya hidup untuk dirinya sendiri, tanpa buah dan tanpa anak baru. Ia akan rapuh, cepat layu, dan mati tanpa meninggalkan jejak manfaat. Begitu pula manusia yang hidup hanya untuk dirinya sendiri; ia akan terlupakan, seakan tidak pernah hadir di dunia. Sebaliknya, mereka yang menebar manfaat dan menyiapkan penerus akan dikenang sepanjang masa, bahkan ketika jasad telah tiada.
Pohon pisang mengajarkan tiga hal utama: tumbuh tegak dengan prinsip, berikan manfaat sebanyak mungkin, dan siapkan kader hebat sebagai penerus. Hidup bukan soal berapa lama kita berdiri, melainkan seberapa dalam jejak kebaikan yang kita tinggalkan.
Maka, marilah kita belajar dari pohon pisang. Jadilah pribadi yang bermanfaat dalam setiap profesi, jangan biarkan hidup berlalu tanpa makna, dan persiapkan generasi penerus sebelum kita mati. Dengan begitu, kehidupan kita akan berlanjut melalui karya dan kader yang kita tinggalkan. (*)
Dadan Saepudin
Ketua PD PGMNI Kabupaten Bandung Barat.