MEDIASERUNI.ID – Ada satu ungkapan yang sering kali terdengar manis namun menyimpan makna psikologis yang dalam, yakni Cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya.

Bukan sekadar kata-kata puitis, kalimat ini mencerminkan hubungan emosional yang sangat kuat, bahkan bisa membentuk fondasi pandangan seorang perempuan terhadap cinta dan laki-laki di masa depannya.

Sejak kecil, ayah adalah sosok pria pertama yang dikenal seorang anak perempuan. Dari cara ayah memeluk, melindungi, hingga tersenyum saat menggandeng tangan kecilnya, terbentuklah rasa aman dan dihargai.

Di mata sang anak, ayah adalah pahlawan, penyedia perlindungan, tempat bersandar, dan sumber kasih sayang yang tak tergantikan.

Uniknya, pengalaman-pengalaman kecil itu—yang mungkin dianggap sepele oleh orang dewasa, ternyata berperan besar dalam membentuk pola pikir si anak tentang bagaimana seorang pria seharusnya memperlakukan perempuan.

Baca Juga:  Epic Games Bagikan 16 Game Gratis Selama Liburan: Inilah Daftar Bocorannya!

Bila ayah bersikap penuh hormat, penyayang, dan hadir dalam tumbuh kembang anaknya, maka citra itulah yang akan melekat dan menjadi “standar cinta” dalam benaknya.

Sebaliknya, jika hubungan dengan ayah renggang atau bahkan diwarnai trauma, seringkali bayangan tentang cinta menjadi kabur, bahkan menyakitkan.

Psikolog anak dan keluarga kerap menyebut relasi ayah-anak perempuan ini sebagai template cinta pertama sebuah cetakan emosional yang tak disadari ikut menentukan relasi si anak saat ia dewasa nanti.

Baca Juga:  Kamu Termasuk Orang Sukses, Simak Ciri dan Kebiasaan Mereka

Hubungan ini juga menjelaskan mengapa banyak anak perempuan sangat dekat dengan ayahnya, bahkan terkadang lebih terbuka pada ayah ketimbang ibu.

Meski tiap keluarga punya dinamika yang berbeda, kehadiran ayah bukan hanya penting dalam aspek ekonomi atau ketegasan, tapi juga dalam kehangatan emosional yang ia berikan.

Maka, tak heran bila banyak perempuan dewasa yang saat mengenang masa kecilnya, akan teringat pada satu sosok, ayah.

Sosok yang menjadi panutan, tempat berlindung, dan tanpa sadar menjadi cinta pertamanya. Sebuah cinta yang tak romantis, namun begitu dalam dan sering kali menjadi tolak ukur saat ia belajar mencintai orang lain. (*)