MEDIASERUNI.ID – Memasak sering kali dianggap sebagai aktivitas yang identik dengan naluri perempuan bukan karena semua perempuan menyukainya, tetapi karena faktor budaya dan psikologis yang sudah mengakar sejak lama.

Dalam banyak masyarakat, perempuan sejak kecil cenderung lebih sering dikenalkan pada peran domestik, termasuk memasak. Hal ini menciptakan kesan bahwa kemampuan memasak adalah bagian alami dari identitas perempuan, meskipun pada kenyataannya tidak semua perempuan tertarik atau merasa nyaman di dapur.

Secara psikologis, kecenderungan empati dan perhatian terhadap kebutuhan keluarga yang lebih tinggi pada sebagian besar perempuan turut mendorong mereka untuk mengambil peran sebagai penyedia makanan.

Namun, penting untuk diingat bahwa minat terhadap memasak bukanlah soal jenis kelamin, melainkan pilihan pribadi. Perubahan zaman dan pola hidup juga telah menggeser anggapan lama ini, membuka ruang bagi siapa pun, tanpa memandang gender, untuk mengembangkan kemampuan memasak jika memang mereka memiliki minat dan kesempatan.

Baca Juga:  Bey Machmudin Deklarasi Pilgub Damai, Komitmen untuk Demokrasi yang Aman dan Tertib

Beberapa alasan mengapa banyak perempuan menikmati aktivitas memasak

1. Budaya dan Tradisi

Di banyak masyarakat, memasak sudah lama dianggap sebagai peran domestik yang identik dengan perempuan. Sejak kecil, banyak perempuan diajarkan memasak oleh ibu atau neneknya, sehingga kegiatan ini menjadi bagian dari identitas mereka.

2. Ekspresi Cinta dan Kepedulian

Bagi sebagian perempuan, memasak adalah bentuk kasih sayang. Mereka merasa bahagia ketika bisa menyajikan makanan lezat untuk orang-orang yang mereka cintai. Ini semacam bahasa cinta tanpa kata-kata.

3. Kreativitas dan Kepuasan Diri

Memasak juga bisa menjadi ruang kreatif. Mencoba resep baru, mengatur plating, atau menciptakan menu unik bisa memberikan kepuasan tersendiri, seperti melukis atau menulis.

4. Kontrol atas Kesehatan dan Gizi

Banyak perempuan yang peduli dengan kesehatan keluarga. Dengan memasak sendiri, mereka bisa mengontrol bahan dan cara pengolahan makanan agar lebih sehat.

Baca Juga:  Marhaban Bulan Sya’ban, Pintu Gerbang Bulan Ramadhan (Khutbah Jumat)

5. Relaksasi dan Terapi

Beberapa perempuan menganggap memasak sebagai aktivitas yang menenangkan. Suara menggoreng, aroma bumbu, dan rutinitas dapur bisa membantu mengalihkan stres.

6. Pengaruh Sosial dan Media

Acara memasak di TV, konten food blogger, atau tren makanan di media sosial sering kali mendorong minat perempuan (dan juga laki-laki) untuk ikut memasak dan berbagi hasil kreasinya.

7. Kebutuhan dan Kebiasaan

Kadang, bukan karena “suka” tapi karena kebutuhan. Jika tidak ada yang memasak, seseorang harus melakukannya. Dari yang awalnya terpaksa, lama-lama bisa tumbuh rasa suka karena sudah terbiasa.

Namun penting dicatat, minat memasak bukan milik satu gender saja. Banyak laki-laki juga suka dan bahkan menjadi koki hebat. Perbedaan minat ini lebih dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman pribadi, dan kebiasaan daripada oleh jenis kelamin semata. (*)