MEDIASERUNI.ID – Perempuan sering kali mendapat cap sebagai makhluk yang suka gosip. Label ini sudah begitu melekat hingga dianggap kebenaran universal, padahal kenyataannya tidak sesederhana itu.
Gosip bukan hanya soal cerewet atau suka ngomongin orang, tapi ada alasan sosial dan psikologis yang membuat aktivitas ini kerap dikaitkan dengan perempuan. Salah satu fungsi utama gosip adalah sebagai sarana berbagi informasi.
Topiknya bisa beragam, mulai dari siapa yang bisa dipercaya di kantor, siapa yang sedang mencari peluang baru, hingga kabar pribadi yang mungkin memengaruhi interaksi sehari-hari. Lewat gosip, orang bisa saling melengkapi informasi dan lebih mudah menavigasi lingkungan sosialnya.
Lebih jauh lagi, gosip juga bisa memperkuat ikatan sosial. Saat dua orang berbagi cerita yang sifatnya eksklusif, mereka akan merasa lebih dekat, seakan memiliki rahasia bersama.
Rasa keterhubungan inilah yang menciptakan kepercayaan dan kebersamaan, ibarat membangun sebuah klub kecil dengan pintu masuk yang hanya terbuka lewat cerita.
Selain itu, gosip juga punya fungsi emosional. Kadang, membicarakan sesuatu yang bikin kesal atau bikin penasaran bisa menjadi cara melepaskan stres.
Mengobrol tentang hal-hal yang mengganjal, meski bukan urusan pribadi, bisa memberi rasa lega dan mengurangi beban pikiran. Dengan kata lain, gosip bisa berperan sebagai katup pelepas tekanan batin.
Tak hanya itu, gosip juga berfungsi sebagai alat pembelajaran sosial. Dengan membicarakan perilaku orang lain, seseorang bisa memahami norma yang berlaku di lingkungannya.
Apa yang dianggap pantas, apa yang tidak, siapa yang dihormati, dan siapa yang sebaiknya dihindari semua bisa dipelajari lewat gosip. Ini cara halus untuk memahami aturan tak tertulis dalam sebuah kelompok.
Jadi, kalau dipikir-pikir, gosip sebenarnya lebih kompleks daripada sekadar ngomongin orang. Ia memainkan peran penting dalam membentuk relasi, memperkuat jaringan sosial, menjaga kesehatan mental, sekaligus menjadi panduan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Memang benar, gosip sering mendapat stigma negatif karena bisa berujung pada fitnah atau merusak nama baik. Tapi jika dilakukan dengan bijak, gosip bisa berubah menjadi alat sosial yang bermanfaat. (*)