MEDIASERUNI – Dua tokoh sakti bayaran kompeni belanda, Tengku Aba dan Tengku Layang, seperti tak percaya, Haji Usman, manusia yang dicari-cari tahu-tahu muncul dihadapan mereka.
Haji Usman saat itu terlihat tenang, hanya melirik kearah Mahisa yang saat itu sudah tempelkan Parang Setan dibagian tubuh yang terkena ajian Tapak Setan Tengku Aba.
Parang Setan memang senjata mustika hebat. Selain mengandung racun mematikan mustika parang inipun dapat digunakan menarik racun, dan membantu mempercepat pemulihan aliran darah yang gerganggu.
Sesaat Haji Usman menatap tajam dua manusia didepannya. “Kabarnya kalianlah datuk-datuk hebat dari Minang yang bermukim di Aceh. Ilmu kepandaian kalian tinggi, tapi berkelakuan memalukan main keroyok.”
Tengku Layang malah mengekeh. “Hehee, makin cepat kerjaan makin bagus. Nah, untukmu, kami memberi pilihan, menyerah dan kami bawa hidup-hidup kehadapan kompeni atau mampus bersama pelarian Aceh ini.”
Tengku Layang melirik kearah Mahisa yang masih duduk bersilah menormalkan aliran darahnya. Belum semua racun tersedot, namun kondisinya sudah mulai membaik. Haji Usman tertawa kecil. “Lakukan, kalau kalian mampu.”