MEDIASERUNI.ID – Berabad-abad sebelum teori gravitasi membuat namanya abadi, Ilmuwan jenius Isaac Newton ternyata menghabiskan bertahun-tahun meneliti Kitab Daniel dan Kitab Wahyu. Dari penelitian inilah lahir sebuah prediksi menggemparkan yang dikenal sebagai “Hari Gelap Newton”, perkiraan tentang kapan dunia kiamat.

Bagi Newton, Alkitab bukan sekadar kitab suci, melainkan juga kode kosmik yang menyimpan garis waktu sejarah dan akhir zaman. Ia meyakini bahwa nubuat dalam Kitab Daniel dan Wahyu dapat dihitung layaknya persamaan matematika.

Dalam pandangannya, Tuhan telah meninggalkan “pola” di dalam teks-teks tersebut, yang hanya bisa diungkap oleh mereka yang memiliki kesabaran dan kemampuan analisis luar biasa.

Dengan pendekatan yang sama telitinya seperti saat ia menghitung lintasan planet, Newton membedah simbol, angka, dan peristiwa historis untuk menemukan petunjuk tersembunyi.

Catatan rahasia Newton mengungkap bahwa ia memperkirakan akhir dunia akan terjadi setelah tahun 2060. Angka ini bukan muncul dari terawangan atau kepercayaan mistis, melainkan hasil perhitungan kompleks dari nubuat Alkitab, yang ia hubungkan dengan peristiwa-peristiwa sejarah dunia.

Meski terkesan menyeramkan, Newton menegaskan bahwa prediksinya bukan berarti dunia akan “lenyap” secara total, melainkan sebuah titik transisi besar dalam peradaban manusia yang ia tafsir sebagai penggenapan nubuat akhir zaman.

Baca Juga:  Misteri Candi Muara Takus, Jejak Kerajaan yang Hilang di Tengah Hutan Sumatera

Hari Gelap Newton

Munculnya istilah “Hari Gelap Newton” sendiri berakar pada pemahaman publik yang salah kaprah. Bagi sebagian orang, prediksi Newton dianggap sebagai pertanda bencana global yang akan memadamkan kehidupan di Bumi.

Namun, dalam catatannya, Newton lebih condong menggambarkan periode ini sebagai “pembersihan” besar sebuah masa penuh gejolak yang akan menguji iman, moralitas, dan tatanan dunia. Dalam bahasa modern, ini bisa diartikan sebagai periode krisis global yang mengubah arah sejarah umat manusia.

Yang membuat prediksi ini semakin menarik adalah cara Newton memadukan ilmu pengetahuan dan tafsir spiritual. Ia hidup di masa ketika batas antara sains, filsafat, dan teologi masih samar.

Meski kita mengenalnya sebagai perintis fisika modern, Newton sendiri melihat penelitiannya terhadap nubuat sebagai bagian dari pencarian kebenaran yang sama pentingnya dengan penemuan gravitasi atau hukum gerak.

Dengan kata lain, bagi Newton, memahami rahasia alam semesta dan memahami pesan tersembunyi Tuhan adalah dua sisi dari koin yang sama.

Baca Juga:  Kejadian Kejadian Aneh di Masjidil Haram yang Jarang Diketahui Orang

Naskah Rahasia Newton

Naskah-naskah rahasia Newton baru ditemukan dan dibuka ke publik pada abad ke-20, menimbulkan kehebohan di kalangan akademisi dan pecinta teori akhir zaman. Sebagian melihatnya sebagai bukti bahwa bahkan otak paling brilian pun tak kebal dari daya tarik misteri kiamat.

Sebagian lainnya justru menganggap prediksi Newton sebagai refleksi dari kecerdasannya dalam menggabungkan disiplin ilmu yang berbeda, meski kesimpulannya tidak bisa diuji dengan metode ilmiah modern.

Kini, “Hari Gelap Newton” lebih sering dibicarakan sebagai legenda intelektual ketimbang ancaman nyata. Ia menjadi pengingat bahwa bahkan di balik formula-formula fisika yang mengubah dunia, ada sisi manusiawi Newton yang tak pernah lepas dari rasa ingin tahu akan nasib akhir umat manusia.

Entah prediksinya benar atau tidak, warisan ini memperlihatkan betapa tipisnya batas antara sains, keyakinan, dan keinginan abadi manusia untuk mengintip rahasia masa depan. (*)

Sumber: Stephen D. Snobelen “A Time and Times and the Dividing of Time”: Isaac Newton, the Apocalypse, and 2060 A.D