MEDIASERUNI.ID – Banyak hal menarik dilakukan sebagian besar remaja wanita saat bangun tidur di pagi hari. Salah satunya yang paling favorit adalah membuka ponsel untuk mengecek media sosial.
Aktivitas ini bukan sekadar iseng, tapi sudah menjadi kebiasaan harian yang melekat erat dalam rutinitas pagi mereka. Media sosial seperti Instagram, TikTok, atau WhatsApp sering kali jadi tujuan utama, seolah dunia maya harus segera dicek sebelum dunia nyata dimulai.
Kebiasaan ini sebenarnya menggambarkan bagaimana kuatnya pengaruh teknologi terhadap pola hidup generasi muda, khususnya para remaja wanita. Sebagian merasa perlu mengecek notifikasi, membalas pesan, hingga melihat update story teman-teman.
Semua itu dilakukan bahkan sebelum sempat mencuci muka atau sarapan. Bagi mereka, ponsel bukan sekadar alat komunikasi, tapi sudah menjadi bagian dari identitas dan rutinitas.
Sisi positifnya, teknologi memang membuat informasi dan koneksi jadi lebih mudah diakses. Banyak remaja yang bangun tidur langsung mencari inspirasi dari konten motivasi, tren fashion, hingga berita terkini.
Namun di sisi lain, kebiasaan ini juga menyisakan dampak psikologis yang tidak ringan. Misalnya, rasa cemas karena membandingkan diri dengan kehidupan orang lain di media sosial, atau stres karena merasa harus selalu update dan responsif.
Remaja wanita yang terlalu bergantung pada aktivitas digital sejak pagi juga rentan mengalami penurunan produktivitas. Energi yang seharusnya difokuskan untuk mempersiapkan hari malah habis untuk scroll tanpa arah.
Tak jarang, kebiasaan ini juga membuat waktu persiapan sekolah atau aktivitas lainnya jadi terburu-buru, karena terlalu lama “nyangkut” di dunia maya.
Fenomena ini juga menunjukkan pentingnya edukasi digital sejak dini, terutama dalam hal manajemen waktu dan penggunaan gadget secara sehat.
Orang tua dan pendidik punya peran besar dalam mengarahkan kebiasaan remaja agar tidak tenggelam dalam rutinitas digital yang kurang seimbang.
Mengajarkan prioritas pagi seperti olahraga ringan, sarapan sehat, atau sekadar menghirup udara segar bisa jadi alternatif yang menyehatkan fisik dan mental.
Meski sulit mengubah kebiasaan yang sudah mengakar, bukan berarti tidak bisa. Remaja perlu diberi ruang untuk menyadari sendiri manfaat dan risiko dari rutinitas digital mereka.
Pendekatan yang tidak menghakimi tapi dialogis akan lebih efektif dalam membentuk kebiasaan baru yang lebih positif. Kuncinya ada pada keseimbangan: antara dunia nyata dan digital, antara kesenangan dan kesadaran diri.
Pada akhirnya, membuka ponsel setelah bangun tidur memang bukan dosa besar. Tapi kalau dilakukan secara reflektif dan seimbang, rutinitas pagi bisa jadi waktu terbaik untuk membangun energi positif, bukan sekadar mengecek notifikasi. Dunia maya memang menarik, tapi jangan sampai dunia nyata jadi terabaikan. (*)