Mediaseruni.co.id – Purwasuka Subang Karawang (Purwasuka) memiliki sejarah yang kental. Dari semasa zaman raja-raja, penyebaran islam sampai perjuangan kemerdekaan.

Purwasuka inipun dulunya merupakan satu pemerintahan, bahkan berpindah – pindah pusat pemerintahan dari Karawang, Purwakarta sampai Subang.

Sampai sekarang kekentalan sejarah Purwakarta Subang Karawang bisa dilihat dalam penggunaan pelat nomor kendaraannya yang berpelat ‘T’.

Tetapi disini mediaseruni.co.id tidak mengulas soal pelat nomor kendaraan, melainkan tiga lokasi paling sakral yang ada di Purwasuka.

Masjid Agung Syekh Quro
Masjid Agung Karawang merupakan tempat kegiatan ibadah umat muslim yang berdiri megah dan kokoh di kawasan Alun alun Barat Karawang.

Masjid Agung Karawang dibangun sejak tahun 1418 atau 388 Hijriah. Masjid ini bahkan diklaim sebagai masjid tertua di Jawa Barat.

Lokasi Masjid Agung Karawang di Jalan Alun Alun Barat, Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Awalnya masjid Agung Syeh Quro sebuah pesantren yang bernama Quro serta merupakan sebuah musala. Masjid ini sekaligus saksi sejarah perkembangan Islam pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi.

Berada di Pusat kota menjadikan masjid ini sering di kunjungi oleh pengunjung yang akan melaksanakan ibadah. Bahkan setiap malam Jumat ada jadwal tawasul rutin di Masjid Agung.

Namun dari hal tersakral di lingkungan Masjid Agung Syeh Quro, adalah keberadaan makam dua ulama pendiri Masjid Agung, yakni Syeh Abdurahman dan Syeh Maulana Adlofi, selain petilasan Syeikh Hasanudin (Syeh Quro).

Baca Juga:  Desa Koteka Pesona Mitos di Pedalaman Papua

Sampai saat ini petilasan para pendiri Masjid Agung selaku ramai dikunjungi para peziarah dari luar Purwasuka, terutama dari Cirebon.

Makam Syeh Baing Yusuf
Makam Syeh Baing Yusuf menjadi bukti sejarah penyebaran Islam di Purwakarta.
Nama aslinya adalah Syekh Muhammad Yusuf, adalah seorang ulama dan penyebar islam di Purwakarta.

Syekh Baing Yusuf merupakan seorang keturunan keraton padjajaran. Beliau juga merupakan putra dari Raden Aria Djajanegara yang kala itu menjabat sebagai Bupati Bogor diabad ke 17.

masjid agung1

 

makam Raden Joesoef pun menjadi makam yang banyak dikunjungi oleh umat muslim untuk mendoakannya. Tempatnya terletak tepat di belakang Masjid Agung Purwakarta.

Sebelum di Purwakarta, Raden H Muhammad Yusuf Bin Jaya Negara menyebarkan agama Islam terlebih dahulu di Banten, Jakarta, Karawang dan di kota kelahirannya di Bogor.

Dipilihnya Purwakarta (Saat itu masih bernama Karawang) untuk mengajak badega atau pengawal Prabu Siliwangi masuk Islam yang waktu itu masih beragama Sunda Wiwitan, yang berada di Kuta Waringin (Pasar Rebo) dan Sindang Kasih.

Untuk memudahkan syiar, pada 1826 Syekh Baing Yusuf mendirikan masjid yang sekarang bernama Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta yang masih berupa hutan belantara.

Syekh Baing Yusuf menyebarkan Islam di Purwakarta sejak 1826 hingga meninggal pada 1945. Syekh Baing Yusuf dimakamkan di sekitar Masjid Agung yang berlokasi tak jauh dari Kantor Pemerintahan Pemkab Purwakarta.

Makam tersebut kini menjadi wisata religi di Purwakarta, dan selalu ramai dikunjungi peziarah, bahkan peziarah yang berasal dari luar Purwakarta.

Baca Juga:  Bunga Mawar bagi Penganut Ilmu Harimau, Misterinya Ternyata Ini

Situs Nangka Beurit
Makam Aria Wangsa Goparana terletak di Blok Karang Nangka Beurit, Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang. Karena berada di Blok Karang Nangka Beurit, maka situs ini lebih dikenal dengan sebutan Keramat Nangka Beurit.

Komplek makam berada di ujung kampung dekat areal persawahan tepatnya pada koordinat 06°39’59” Lintang Selatan dan 107°39’05” Bujur Timur.

makam gofarana

Untuk menuju makam, setelah melalui gerbang masuk berbentuk gapura bentar yang berada di ujung kampung, kemudian melewati jalan setapak yang sudah diplester.

Arya Wangsa Goparana adalah tokoh penyebar Islam di Sagalaherang. Tokoh ini merupakan putera Sunan Wanaperi, raja kerajaan Talaga. Di Talaga, Arya Wangsa Goparana merupakan orang pertama yang memeluk Islam. Ketika itu ia mendapat pelajaran dari Sunan Gunungjati.

Pada tahun 1530 ia mengadakan perjalanan ke arah barat dalam rangka menyebarkan agama Islam. Wilayah yang diislamkannya meliputi Subang, Pagaden, Purwakarta, Cianjur, Sukabumi, dan Limbangan.

Ketika itu kawasan ini merupakan wilayah kerajaan Sumedang Larang. Arya Wangsa Goparana menurunkan lima orang putera yaitu Entol Wangsa Goparana, Wiratanudatar, Yudanegara, Cakradiparana, dan Yudamanggala.

Putera Arya Wangsa Goparana ini kemudian menyebar ke daerah Limbangan, Cijegang (Cikalongkulon), Cikundul dan tempat-tempat lain. Di tempat yang baru, keturunan Arya Wangsa Goparana banyak yang menjadi orang penting seperti bupati dan ulama besar. (Mds)