MEDIASERUNI.ID – Dalam beberapa dekade terakhir, teori bahwa Atlantis berada di wilayah Indonesia mulai menarik perhatian kalangan ilmuwan, arkeolog, hingga peneliti independen dari berbagai negara.

Dorongan utamanya datang dari kemajuan teknologi bawah laut, pemetaan geospasial, dan ilmu geologi modern yang memungkinkan manusia menelusuri dasar samudra dengan presisi tinggi.

Hasilnya, sejumlah temuan mulai menyingkap kemungkinan bahwa wilayah maritim Nusantara memang pernah menjadi pusat peradaban kuno yang hilang.

Salah satu tokoh ilmuwan yang mempopulerkan gagasan ini adalah Prof. Arysio Nunes dos Santos, seorang ilmuwan asal Brasil. Dalam penelitiannya selama lebih dari 30 tahun, ia berkesimpulan bahwa Atlantis berada di sekitar Indonesia

Tepatnya di wilayah yang kini mencakup Laut Jawa dan Samudra Hindia. Ia menulis bahwa ciri geografis, iklim tropis, kekayaan mineral, serta sejarah banjir besar di kawasan ini selaras dengan deskripsi Plato.

Teori Arysio Santos kemudian menginspirasi banyak peneliti lokal untuk melakukan kajian lapangan. Tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta sejumlah universitas Indonesia telah melakukan ekspedisi bawah laut di beberapa titik potensial, seperti utara Laut Jawa, perairan Karimunjawa, dan sekitar Selat Sunda.

Baca Juga:  Kisah Angker Bengawan Solo, Gerbang Dunia Gaib di Tengah Pulau Jawa

Beberapa struktur di dasar laut yang tampak teratur memunculkan dugaan awal adanya aktivitas manusia purba, meski belum cukup bukti untuk menyebutnya sebagai reruntuhan peradaban besar.

Sementara itu, penelitian Situs Gunung Padang juga menjadi bagian penting dalam diskusi ini. Studi geofisika yang dilakukan oleh tim gabungan arkeolog dan geolog menunjukkan bahwa struktur di bawah permukaan situs ini sangat kompleks dan berlapis-lapis.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa lapisan paling bawah bisa berusia lebih dari 10.000 tahun, sejaman dengan masa mencairnya es dunia. Jika hasil ini terkonfirmasi, maka Indonesia memang memiliki bukti nyata tentang peradaban kuno sebelum banjir besar global.

Namun, tidak semua ilmuwan sepakat. Sebagian arkeolog konvensional menilai teori Atlantis di Indonesia masih terlalu spekulatif karena minim bukti material yang kuat.

Mereka menekankan bahwa deskripsi Plato lebih bersifat alegori filosofis daripada catatan sejarah. Bagi kalangan ini, Atlantis hanyalah simbol tentang kesombongan manusia yang menghancurkan dirinya sendiri, bukan lokasi geografis yang bisa ditemukan.

Baca Juga:  Polres Indramayu Gelar Apel Operasi Ketupat Lodaya 2024

Meski begitu, pencarian tetap berlangsung. Teknologi sonar, drone bawah laut, dan pemetaan 3D kini digunakan untuk menjelajahi dasar samudra Indonesia dengan lebih detail.

Lembaga riset internasional juga mulai melibatkan ilmuwan Indonesia dalam proyek eksplorasi untuk memahami perubahan daratan Asia Tenggara setelah Zaman Es.

Dari upaya ini, perlahan terungkap betapa dinamis dan kompleksnya sejarah geologi Nusantara yang mungkin menyimpan cerita lebih besar dari yang pernah dibayangkan.

Apakah Atlantis benar-benar pernah ada di bawah lautan Indonesia? Hingga kini jawabannya masih samar. Namun, yang jelas, pencarian itu telah membuka kesadaran baru bahwa bumi Nusantara menyimpan warisan peradaban luar biasa, baik yang tercatat maupun yang masih menunggu ditemukan.

Dalam ombak dan arus laut tropis ini, mungkin tersimpan potongan memori dunia yang pernah hilang, misteri yang terus memanggil untuk dipecahkan. (*)