MEDIASERUNI.ID – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, mencari momen untuk menenangkan pikiran dan meremajakan tubuh terasa seperti kemewahan. Namun, tradisi lama Indonesia menawarkan solusi alami yang sudah terbukti ratusan tahun, mandi ratus atau uap rempah. Ritual ini tak hanya menyegarkan tubuh, tapi juga menenangkan jiwa.

Mandi ratus populer sebagai ritual relaksasi tradisional. Mirip sauna, tubuh dihadapkan pada uap panas dari rempah pilihan seperti jahe, kayu manis, cengkeh, dan serai. Uap rempah membuka pori-pori, melancarkan peredaran darah, dan mengurangi stres. Kombinasi panas dan aroma menciptakan pengalaman aromaterapi alami yang menyeluruh.

Baca Juga:  Mengapa Kita Merasa Perlu Menyimpan Barang Usang, Ini Alasannya

Ritual ini lahir dari kebiasaan leluhur yang menekankan keseimbangan tubuh dan pikiran. Biasanya dilakukan sebelum upacara penting atau pesta pernikahan. Filosofinya: “membersihkan tubuh sekaligus hati dan pikiran.” Jadi, mandi ratus bukan sekadar perawatan kulit, tapi juga latihan mindfulness alami.

Minyak esensial bunga berfungsi sebagai aromaterapi alami, menurunkan hormon stres (kortisol), dan meningkatkan mood. Uap rempah, terutama jahe dan kayu manis, merangsang sirkulasi darah sehingga kulit tampak lebih sehat dan tubuh lebih rileks.

Selain fisik, efek psikologisnya juga signifikan. Menghirup aroma rempah menenangkan sistem saraf, meningkatkan fokus, dan meredakan ketegangan mental. Tidak heran spa modern pun mengadaptasi ritual ini untuk relaksasi kota yang padat.

Baca Juga:  Tajug Sabilulungan Pelajar Pancasila di SMPN 3 Babakancikao Diresmikan

Ritual ini bisa dilakukan sendiri di rumah. Siapkan bak mandi atau baskom besar. Rebus rempah pilihan, lalu duduk di atas wadah uap dengan handuk menutupi kepala. Cukup 15–30 menit untuk merasakan relaksasi maksimal.

Mandi ratus bukan sekadar ritual kecantikan. Ini adalah perjalanan menyeluruh untuk meremajakan tubuh, menenangkan pikiran dan menyegarkan jiwa. Tradisi ini mengajarkan kita untuk menghargai alam dan menjaga keseimbangan tubuh serta pikiran, bahkan di tengah kesibukan kota. (*)