MEDIASERUNI.ID – Di tengah derasnya hujan dan gemericik sungai, masyarakat Sumatera memiliki sebuah kepercayaan unik yang telah diwariskan secara turun-temurun: munculnya ular besar di sungai adalah pertanda banjir akan datang.

Kepercayaan ini terutama hidup di daerah-daerah yang dekat sungai besar, rawa, atau danau, seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Aceh.

Menurut cerita rakyat, ular besar ini bukan sembarang hewan. Mereka sering disebut “Naga Air” atau “ular penunggu sungai”, makhluk mistis yang menjaga aliran air dan keseimbangan alam.

Ular-ular ini dipercaya muncul ke permukaan atau terlihat di tepi sungai ketika alam sedang tidak seimbang, misalnya ketika hujan terus-menerus mengguyur dan sungai mulai meluap. Masyarakat memandang kemunculannya sebagai peringatan: “Siap-siaplah, banjir mungkin akan datang.”

Kepercayaan ini tidak hanya sebatas mitos. Banyak warga yang menafsirkan kemunculan ular besar sebagai simbol marahnya alam akibat ulah manusia.

Baca Juga:  Desa Terkutuk di Bintan yang Menyimpan Misteri Warganya yang Hilang

Penebangan pohon di tepi sungai, pencemaran air, atau pembangunan di daerah rawan banjir dianggap bisa “mengganggu” makhluk penunggu sungai ini. Jika ular muncul, itu seakan menjadi pesan dari alam agar manusia lebih hati-hati dan menjaga lingkungan.

Beberapa cerita tradisional menambah kekuatan kepercayaan ini. Di Sumatera Barat, misalnya, ada legenda tentang ular Sungai Batang yang muncul beberapa hari sebelum hujan lebat yang memicu banjir besar.

Sementara di Palembang, warga kadang menyebut makhluk serupa sebagai Naga Air, yang konon hanya muncul saat ada bahaya bagi pemukiman atau sawah di sekitarnya.

Banyak penduduk setempat yang mengaku pernah melihat ular besar muncul beberapa jam sebelum air sungai naik secara drastis, membuat mereka segera bersiap mengevakuasi harta benda.

Baca Juga:  Gaya Unik Perempuan yang Tak Pernah Kamu Sadari ketika Berhenti di Lampu Merah

Meski secara ilmiah penampakan ular tidak selalu berkorelasi langsung dengan banjir, kepercayaan ini tetap hidup karena pengalaman kolektif masyarakat selama bertahun-tahun.

Fenomena alam, insting hewan, dan cerita turun-temurun bertemu di titik ini, menciptakan sebuah budaya lokal yang menarik: menghormati alam dan “penunggu” sungai sebagai bagian dari strategi hidup menghadapi bencana.

Kepercayaan tentang ular besar ini menjadi contoh bagaimana masyarakat Sumatera menggabungkan mistis dan praktik hidup sehari-hari. Bagi mereka, alam bukan hanya sekadar sumber daya, tetapi juga sebuah entitas yang harus dihormati.

Dan ketika ular besar muncul di permukaan sungai, masyarakat tahu bahwa itu adalah pesan: jaga diri, jaga lingkungan, dan bersiap menghadapi banjir. (*)