MEDIASERUNI.ID – Kisah tentang benua Atlantis pertama kali dicatat oleh filsuf Yunani kuno, Plato. Ia menggambarkan sebuah negeri maju dengan teknologi tinggi, moral luhur, dan sumber daya melimpah yang tenggelam dalam semalam akibat murka para dewa.
Selama berabad-abad, misteri ini membuat para peneliti bertanya-tanya: apakah Atlantis benar-benar ada atau sekadar mitos alegoris?
Sebagian besar teori menempatkan Atlantis di Samudra Atlantik, Mediterania, hingga Kutub Utara. Namun, sejumlah peneliti modern justru mengarahkan pandangan ke timur, ke wilayah Asia Tenggara, tepatnya Indonesia.
Teori ini berangkat dari gagasan bahwa di masa lalu, kawasan Nusantara pernah berupa daratan luas yang kini tenggelam, dikenal sebagai Paparan Sunda.
Paparan Sunda dahulu menghubungkan Sumatra, Jawa, Kalimantan, hingga Asia daratan. Saat zaman es berakhir sekitar 12.000 tahun lalu, pencairan es menyebabkan permukaan laut naik lebih dari 100 meter.
Dalam waktu relatif singkat, sebagian besar daratan itu lenyap di bawah laut. Peristiwa geologis besar ini diyakini oleh sebagian ahli bisa menjadi dasar kisah tenggelamnya “negeri yang hilang” seperti diceritakan Plato.
Deskripsi Plato tentang Atlantis, negeri tropis subur, kaya logam, penuh gunung api, dan dikelilingi cincin air serta daratan, terasa akrab bagi siapa pun yang mengenal bentang alam Indonesia.
Beberapa wilayah seperti Laut Jawa, Selat Sunda, dan Kepulauan Banda sering disebut cocok dengan gambaran tersebut. Bahkan struktur gunung berapi yang melingkar di Nusantara dinilai menyerupai tata letak kota cincin air yang digambarkan Plato.
Dari sisi mitologi, Nusantara juga menyimpan legenda tentang bencana besar yang menenggelamkan daratan, seperti kisah letusan purba Krakatau dan Gunung Toba. Cerita rakyat ini, meski lahir dari budaya berbeda, memiliki pola yang sama.
Pola itu, negeri makmur yang hancur oleh murka alam atau dewa, selaras dengan kisah Atlantis. Beberapa peneliti, seperti Prof. Arysio Santos, bahkan berpendapat bahwa istilah “Atlantis” mungkin berasal dari akar bahasa dan budaya kuno Asia.
Selain itu, situs-situs misterius seperti Gunung Padang di Cianjur memunculkan pertanyaan baru. Jika benar struktur itu berusia lebih dari 10.000 tahun, maka ia sejaman dengan masa ketika Paparan Sunda tenggelam. Artinya, Indonesia mungkin memang pernah menjadi rumah bagi peradaban maju yang hilang akibat bencana besar.
Meski teori ini belum diakui secara resmi oleh dunia akademis, gagasan tentang Atlantis di Nusantara tetap memikat banyak kalangan. Ia memadukan mitologi kuno, geologi purba, dan identitas maritim Indonesia dalam satu kisah besar.
Entah mitos atau kenyataan, Atlantis versi Nusantara mengingatkan kita bahwa lautan yang kini mengelilingi Indonesia mungkin menyimpan lebih banyak rahasia dari yang kita bayangkan. (*)
