Pemalang, MEDIASERUNI.ID – Suara ketidakpuasan datang dari jalur Pantura Pemalang. Pedagang kecil dan tukang tambal ban disana protes kebijakan pembatasan jam operasional yang diberlakukan pemerintah.
Pedagang dan tamban ban yang menggantungkan hidup dari aktivitas di tepi jalan menilai kebijakan itu tidak adil dan merugikan ekonomi rakyat kecil, Rabu 28 Mei 2025.
Mereka mempertanyakan perbedaan perlakuan antara Pemalang dan Pekalongan dalam kebijakan tersebut. Di Pekalongan, pelonggaran operasional diberikan, sementara di Pemalang, permintaan serupa ditolak mentah-mentah oleh pihak berwenang.
“Kami ini juga rakyat yang bekerja keras demi sesuap nasi. Kenapa Pekalongan boleh longgar, tapi Pemalang tidak? Kami hanya minta keadilan,” ujar Slamet BR, perwakilan pedagang sekaligus tukang tambal ban, yang sudah bertahun-tahun berusaha di wilayah tersebut.
Keluhan utama mereka ditujukan kepada salah satu anggota DPR RI Dapil X Jawa Tengah Rizal Bawazier , yang dianggap tidak mau membuka ruang dialog atau kompromi.
Masyarakat menyebut sikap tersebut sebagai bentuk pembiaran atas penderitaan rakyat kecil yang kini semakin terhimpit oleh kebijakan.
Mereka menilai kebijakan ini tidak mempertimbangkan realitas lapangan, di mana justru pada jam-jam sibuk saat masyarakat berangkat dan pulang kerja transaksi ekonomi kecil seperti tambal ban, warung makan, dan kios jalanan mengalami peningkatan.
“Kami bukan pembuat onar. Kami tidak meminta pembebasan penuh, hanya sedikit kelonggaran agar roda ekonomi kami tetap hidup,” lanjut Slamet.
Dalam pernyataan terbuka mereka, para pelaku usaha kecil ini bahkan mengancam untuk memboikot Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan figur Rizal Bawazier dalam Pemilu 2029 jika ketidakadilan ini terus berlanjut.
Tuntutan Masyarakat Pantura
Revisi kebijakan pembatasan jam operasional yang dinilai diskriminatif.
Perlakuan yang setara dengan wilayah tetangga seperti Pekalongan.
Dialog terbuka antara pemerintah daerah dan pelaku usaha kecil.
“Kami bukan warga kelas dua. Kami adalah bagian dari masyarakat. Kami ada, kami melihat, dan kami akan bersuara,” ucap Slamet. (Darmo)