MEDIASERUNI – Dalam budaya Sunda, larangan tidur tengkurap dengan kaki diangkat ke atas bukan sekadar mitos, melainkan sarat dengan pesan moral.
Tidur tengkurap dengan kaki diangkat ke atas memiliki akar dalam nilai-nilai etika dan tata krama. Dalam budaya Sunda disebut dengan istilah Pamali atau pantangan.
Istilah pamali atau pemali merujuk pada pantangan atau larangan berdasarkan adat.
Pamali bukan hanya untuk menjaga kepercayaan leluhur, tetapi juga mengandung nilai-nilai moral dan simbol dari budaya Sunda.
Larangan ini sering diungkapkan para leluhur kepada anak cucu sebagai pesan moral. Meskipun tampak seperti mitos, larangan ini sebenarnya memiliki makna filosofi yang mendalam.
Makna Filosofi
Tidur tengkurap dengan kaki diangkat ke atas melambangkan ketidakstabilan dan ketidakharmonisan. Kaki yang diangkat ke atas mengganggu keseimbangan tubuh dan mengacu pada ketidakseimbangan dalam kehidupan.
Dengan menghindari posisi ini, kita diingatkan untuk mencari keseimbangan dan keselarasan dalam segala hal.
Jadi, larangan ini bukan hanya sekadar aturan, tetapi juga mengandung pesan moral yang mengajarkan tentang keseimbangan dan harmoni dalam hidup.
Tidur tengkurap, di mana posisi perut berada di bawah, juga dilarang dalam Islam, kecuali dalam keadaan darurat seperti karena sakit perut.
Jika bukan darurat, tidur tengkurap minimal dihukumi terlarang (makruh) karena sabda Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa tidur tersebut dimurkai oleh Allah.
Oleh karena itu, sebaiknya umat Islam tidur dengan posisi yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, yaitu dengan berbaring di atas sisi tubuh sebelah kanan.
Dampak Tidur Tengkurap
Tidur dengan posisi tengkurap dapat menekan organ dalam, terutama organ pernapasan.
Akibatnya, proses pernapasan berjalan tidak maksimal dan masuknya oksigen ke dalam tubuh bisa melambat. Hal ini dapat menyebabkan sesak napas.
Jadi, sebaiknya kita menghindari tidur tengkurap dan memilih posisi tidur yang lebih baik untuk kesehatan tubuh kita. Wallahu a’lam. (*)