Purwakarta, Isra Miraj sendiri merupakan momen istimewa dalam kalender Islam yang penuh makna spiritual, sebagai peringatan atas peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW yang terjadi dalam satu malam.

Pada kesempatan ini Peringatan Isra Miraj 1446 Nabi Muhammad SAW di Ponpes At – Tho’iyah Ds. Pasawahan Anyar, Kec. Pasawahan digelar pada Sabtu, tanggal 11 Januari 2025 sementara secara Nasional Peringatan jatuh pada tanggal 27.

IMG 20250111 WA0036

Dalam rangka menyambut Isra Miraj tersebut Ponpes itu mengadakan beragam kegiatan bernuansa Islami. Yakni diisi Pembacaan Al – Barjanji, Pembacaan Manakib Akbar Syaikh Abdul Qodir Jaelani RA, Pembacaan Manakib Jawahir Al – Ma’ani, dan Mauidhoh Hasanah (Sunda : Pepeling). Serta berbagai acara yang menggambarkan nilai-nilai spiritual dari peristiwa Isra Miraj dan Ponpes At – Tho’iyah tak luput dari hal itu.

Dikatakan secara singkat oleh Ustad Adad Saepurohman. Spd selaku Pengasuh bahwa Isra Miraj adalah Perjalanan berawal dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa, kemudian berlanjut hingga ke Sidratul Muntaha. Di sana, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu penting, termasuk perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu yang menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam. Peringatan hari ini menjadi waktu yang tepat untuk merefleksikan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.

Baca Juga:  Pimpinan DPRD Gelar Rapat Perdana Bapemperda DPRD dengan Pejabat Pemkab Purwakarta di Awal Tahun 2025

Selain itu diisi pula dengan Tausiah oleh Abah Ustad Kiayi Haji Ade Saepudin yang memaparkan perintah menegakkan shalat sebagai substansinya. Shalat mestinya tidak sekedar gerakan takbir, ruku atau sujud saja. Shalat harus berefek pada prilaku yang saleh dan melahirkan akhlakul karimah.

Penulis mengutip beberapa materi tausiah dari Abah yang mengupas beberapa Ayat di dalam Al Quran sebagai berikut,

Shalat yang benar selain memenuhi syarat sah dan rukun-rukunnya, haruslah berdampak pada perilaku. Shalat harus membekas dalam kehidupan keseharian.

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.” (QS 29:45) Shalat yang tidak berefek pada perilaku tersebut, maka tergolong orang yang lalai dalam shalatnya.

Baca Juga:  Sekolah Konservasi Kolaborasi Fahutan Unwim dan Yayasan Rimbawan Indonesia

“Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS 107: 4-7).

Tak hanya itu, kata Abah Shalat juga bukan sekadar kewajiban; dan melaksanakan shalat janganlah sekadar diniatkan untuk menggugurkan kewajiban saja. Akan tetapi, shalat itu harus dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur yang tertinggi atas rahmat, nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah.

“Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” (QS 48:29)

“Min asaris sujuud” artinya bekas sujud, maksudnya kalau kita shalat apa tanda telah shalat? Tidak lain adalah amal saleh dan akhlakul karimah,” imbuh Abah menyeru kepada hadirin.

(Wif)