MEDIASERUNI.ID – Cap Go Meh adalah puncak perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada hari ke-15 setelah Imlek. Perayaan ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Tionghoa, sekaligus menjadi ajang kebersamaan, doa, dan tradisi yang kaya budaya.
Sejarah dan Makna Cap Go Meh
Dalam bahasa Hokkian, “Cap Go Meh” berarti “malam ke-15”. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Dinasti Han dan terus berkembang di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Cap Go Meh melambangkan berakhirnya rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek dengan harapan akan keberuntungan dan kesejahteraan sepanjang tahun.
Tradisi dan Ritual Cap Go Meh
Di Indonesia, Cap Go Meh dikenal dengan berbagai tradisi unik, seperti Pawai Tatung – Tradisi di Singkawang yang menampilkan para tatung (orang yang kerasukan roh leluhur) berjalan di atas bara api atau menusukkan benda tajam ke tubuh mereka tanpa terluka.
Festival Lampion – Lampion-lampion warna-warni diterbangkan ke langit atau diletakkan di sungai sebagai simbol penerangan dan harapan baru.
Lelang Hok Kiong – Di beberapa daerah, masyarakat mengikuti lelang benda-benda sakral untuk mendapatkan berkah.
Makan Lontong Cap Go Meh – Makanan khas Indonesia yang menjadi simbol akulturasi budaya Tionghoa dan Nusantara.
Mitos dan Kepercayaan
Cap Go Meh sering dikaitkan dengan mitos dan kepercayaan, seperti larangan bagi wanita lajang untuk keluar rumah agar tidak sulit mendapatkan jodoh.
Namun, di era modern, Cap Go Meh justru menjadi ajang bertemu jodoh melalui festival-festival yang diadakan di berbagai kota.
Cap Go Meh di Era Modern
Saat ini, Cap Go Meh bukan hanya perayaan keagamaan, tetapi juga festival budaya yang menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Perayaan ini memperkaya keberagaman Indonesia dan memperkuat persaudaraan antar etnis.
Cap Go Meh bukan sekadar perayaan, tetapi juga simbol harapan, keberuntungan, dan kebersamaan yang selalu dinantikan setiap tahunnya. Selamat merayakan Cap Go Meh. (Dwika)