MEDIASERUNI – Kabar perjalanan Haji Usman ke Tanah Batak memang sudah terdengar oleh Srinti. Sebetulnya nama aslinya Ponirah, namun orang-orang Kampung Martoba menyebutnya Srinti.
Tadi dia terlihat memasuki Pajak (baca; Pasar) Kampung Martoba berdua Misem alias Tjinten. Baik Misem maupun Ponirah memang berasal dari Jawa Tengah. Sebenarnya berlima dengan Sumirah, Dirah dan Wening. Kecuali Sumirah, Dirah dan Wening dari Jawa Barat.
Mereka ini sempat membantu perjuangan Sangaji di Jawa, sebuah pejuang itu memindahkan pusat perlawanan di Tanah Sunda. Kehadiran mereka di Tanah Batak karena tertangkap kompeni di Batavia, setelah dikhianati kawan sendiri.
Memang, pada dewasa itu kompeni Belanda membuang pejuang-pejuang yang tertangkap ke Tanah Sumatera. Mereka disuruh membuka hutan, dan sebagian karena tergiur harta dipercaya kompeni sebagai pendekar – pendekar bayaran dan pengawal kereta – kereta pengangkut hasil bumi dan rempah-rempah.
Persis di bagian hutan agak lebat Ponirah hentikan lari. Dibelakangnya Misem tampak mendongkol. “Kampret! Ada apa!” Ponirah cuma mencibir. “Haji Usman sudah di Tanah Batak.”
Mendengar nama Haji Usman disebut Misem berubah serius. “Saat ini bang Haji sudah dimana.” Ponirah sebentar tajamkan pendengaran. “Hmm, ada yang datang…”
Ringkas Ponirah dan Misem raba belati pendek dipinggang masing-masing. Namun hanya sekejap, wajah tegang mereka langsung mencair. “Setan! Ternyata mereka…”
Sekejap itu, tiga perempuan berseragam sama dengan mereka, kebaya ringkas, berlompatan dari balik rerimbunan semak. “Jadi benar, Bang Haji, sudah di Tanah Batak.”
Perempuan yang bicara Sumirah, dua orang disampingnya Wening dan Dirah cuma diam memandang Ponirah. “Kawan di Deli Tua menyampaikan begitu. Menurut perkiraan mestinya sudah di Tanah Batak.”
Misem yang jadi pimpinan perempuan – perempuan berseragam kebaya ringkas itu lantas menyuruh Dirah menyirab kabar keberadaan Haji Usman.
Sebetulnya, mereka inilah pejuang Laskar Srikandi. Kemahiran mereka menyamar membuat mereka leluasa memasuki tangsi-tangsi kompeni di Tanah Batak. Dari mulut-mulut kompeni yang dibuat mabuk itu mereka mendapatkan informasi-informasi rahasia.
Tak lama setelah mendapat perintah, Dirah yang ditangkap kompeni ketika berjualan sayur di pasar ikan Sunda Kelapa langsung berkelebat. Tiga lainnya diperintahkan kembali ke markas.
Sedangkan Misem akan menemui Pendekar Sarmina yang kini telah menjadi istri Mandor Surak, Si Pembuka Hutan Laras sekarang menjadi Siantar atau Simalungun.
Misem seorang yang berangasan, tetapi berhadapan dengan Pendekar Sarmina dia menaruh segan yang dalam. Bukan karena Sarmina itulah putri tuan tanah Sarman, Si Pembuka Hutan Dolog Masihul yang terkenal dengan julukan Raja Sihir, melainkan watak dan tabiat Sarmina itu yang ternyata lebih gila dari dirinya. (bersambung)