Dan, pagi itu, di Surau Kampung Persatuan, sesepuh Kampung Persatuan bernama Wak Hamdan menghela napas. Dari bagian hidung terdengar dengusan keras. “Huh! Kompeni belanda itu licik dan culas! Mereka memasukan orang-orangnya ke kesultanan. Gerak-gerik sultan diawasi. Tapi untungnya sultan seorang yang cerdik, dan tahu akal bulus mereka.”
Belasan anak muda saat itu menyimak penjelasan Wak Hamdan. “Pendekar Alam Saka dan keluarganya pun terusir dari istana lantaran difitnah kompeni. Tapi ini memang rencana hebat Sultan. Sultan bukan termakan fitnah tapi membiarkan Pendekar Alam Saka diluar istana supaya lebih leluasa melawan kompeni.”
“Alhamdulillah, kalau memang begitu ceritanya,” terdengar suara Salim, tokoh pemuda Kampung Persatuan. “Tapi yang ini, apa Wak tahu tentang itu, kiai yang datang dari Jawa itu, saudara saya di Hamparan Perak bilang namanya Haji Usman.”
Mendengar nama Haji Usman Wak Hamdan langsung tersenyum. “Kiai muda itu dalam perjalanan ke Tanah Batak. Insyaallah, akan menyinggahi kampung kita…”