Namun kompeni tidak membiarkan mereka lolos, mereka terus dikejar. Sebagian berhasil ditangkap, dan sebagian tewas dibunuh pendekar-pendekar bayaran kompeni. Nenek Gagak Merah sendiri melarikan diri ke Aceh, dan bergabung dengan pasukan Panglima Mahisa, yang mengobarkan api perlawanan di Aceh.
Sayangnya, pasukan Panglima Mahisa pun berhasil di porak-porandakan kompeni. Hanya saja Panglima Mahisa beruntung lantaran diselamatkan Haji Usman. Panglima Mahisa sendiri tidak diketahui keberadaan sejak peristiwa di Lembah Berjuntai.
Nenek Gagak Merah kembali bergumam. “Pokoknya si kutu kupret Badar dan Peang musti membantu, eh.., kiai muda itu, tadi disebut apa yaa, ngg.., eh iya, Haji Usman. Ya, Haji Usman. Pokoknya harus bergabung dengan Haji Usman…”
Akan tetapi si nenek kembali totol-totolkan tongkat ke tanah. “Alaamaak, hutan ini sangat luas, mau kucari kemana dua kutu kupret itu…”
Nenek Gagak Merah betullah seorang paling dihormati dikalangan pasukan Sisingamangaraja. Dia juga penasihat perang jempolan Raja Batak. Akan halnya Badar dan Peang, sebetulnya mereka bersaudara dan berguru pula pada orang yang sama.