Sebentar Mahisa mengembor, tenaga dalam langsung mengalir ke parang. Sesaat itu, asap tipis berwarna kelabu seperti menutupi bagian parang. Awalnya tipis, namun makin lama kian tebal hingga akhirnya membuntal – buntal. Dalam sekejap itu, bau belerang menebar ke udara.
“Parang Setan….!” Tengku Aba dan Tengku Layang bersamaan tercekat. Tak menyangka mereka bahwa Mahisa memang memiliki parang legendaris itu. “Jadi, parang ini benar-benar ada, dan manusia ini benar memilikinya….” (bersambung)