Pria bertubuh tinggi tegap, berhidung mancung, dengan sorot mata tajam, mengenakan peci hitam dan seragam hitam berbalut sarung, terlihat tenang.
Dia, Haji Usman, hadir di majelis tersebut atas undangan Kalifah Akhmad, sesepuh Kampung Hamparan Perak. Belakangan ini, Haji Usman memang jadi pembicaraan luas masyarakat Deli. Pria perantauan Jawa itu memang suka diundang berceramah di majelis-majelis pengajian. Hampir setiap ceramahnya, isinya selalu menyudutkan Pemerintahan Kompeni.
Di Kampung Hamparan Perak Haji Usman memang sudah dua kali berkunjung. Pertama ketika kemalaman dalam perjalanan dan bermalam di masjid di kampung itu, dan kedua, kali ini diundang sesepuh kampung Hamparan Perak, Kalifah Akhmad.
Dewasa itu Kompeni Belanda telah menancapkan cakarnya di Kesultanan Deli. Menguasai pula jalur perdagangan rempah rempah dan hasil bumi. Tak puas menguasai rempah rempah dan hasil bumi, Sultan Delipun ditekan pula dipaksa menyerahkan are lal perkebunan tembakau.
Lalu memaksa penduduk kampung membuka lahan lahan baru perkebunan.
Mulailah orang orang belanda itu mengeruk sebanyak banyaknya hasil bumi tanah Deli. Kemudian terus menjalar sampai keujung ujung tanah Sumatera.