Kalau cuma sekedar melintas, untuk apa? Dari Jipang? Kelihatannya tidak, arah datangnya barat sedang Jipang di utara. Pajang? Juga tidak, letak Pajang di Selatan.
Hmm, barangkali saja dari Juwana. Bukankah orang-orang Keling sering ke Juwana. Tapi apa iya kalau mereka sendiri tahu bahwa Ki Ageng Juwana saat ini berada di Jatiwangi.
Raden Jakfar Sodiq menghela napas panjang dan berbisik kepada Santri Utama Jipangpanolan Sutisnah. “Kakang, sebaiknya percepat langkah kita. Aku mengenali penunggang kuda tadi, dialah Senapati Majapahit Kalabenggol…”
Saat itu, Kalabenggol yang sudah berada jauh di depan rombongan Jakfar Sodiq berteriak keras. “Didepan sana Bojonegoro! Aku yakin rombongan itu akan memotong Kali Pacol! Heaaa!”
“Senapati, tujuan kita ke Timur!”
“Aku tahu! Itulah sebabnya kita akan berbelok ke Selatan!”
“Mengapa begitu? Rombongan itu mengarah ke barat, sedang kita ke selatan. Keliru Senapati!”
“Huah! Tidakkah engkau dengar! Tuan Mahisa Kicak sendiri perintahkan begitu. Kalau sampai batas Khendeng Utara belum juga bertemu rombongan itu, kita diperintahkan terus ke selatan!”
“Berarti mengarah ke Gunung Pandan!”
“Kemana lagi! Apakah ada gunung lain disana…!”