Tiga orang berselubung hitam semula akan mengejar ditahan Wiratama Rawa Rawu. Santri-santri utama Gunung Jati pun cuma memandangi puluhan orang benggol yang melarikan kuda-kudanya dengan sangat cepat.
Wiratama Rawa Rawu menghela napas dan melangkah kearah santri-santri utama Gunung Jati. “Assalamualaikum kiai…”
“Waalaikum salam..” Santri Utama Gunung Jati Kiai Mustofa haturkan terima kasih. “Alhamdulillah. Ki sanak menyampaikan salam begitu fasih. Apakah ki sanak sekalian satria-satria yang diutus Kanjeng Gresik.”
Mendengar nama Kanjeng Gresik, sebetulnya Wiratama Rawa Rawu kaget hatinya. Apalagi disebut sebagai utusan. Kalau boleh jujur, manalah berani dia mewakili mengatasnamakan Kanjeng Gresik. Janganlah dirinya yang prajurit biasa, bahkan Sang Prabu Sribaduga sendiri begitu dalam hormatnya pada ulama besar itu.
Tetapi dia mesti menjaga wibawa Pajajaran. Apalagi mereka inilah yang mendapat perintah langsung Sribaduga untuk menyamar. Sehingga tak mungkinlah lantas mengaku mereka inilah utusan Sribaduga yang diperintah mengawal rombongan Gunung Jati secara diam-diam.