Kepala Dusun Losari baru selesai bicara ketika dari arah depan sayub-sayub terdengar suara orang bertakbir. Ramai sekali.
“Suara orang bertakbir, Ki. Apakah ada rombongan lain dan mereka saudara-saudara kita…” Ki Sarmin setengah berbisik.
Kepala Dusun Losari tajamkan pendengaran. “Benar, itu suara orang bertakbir, tapi siapa… Hmm, tunggu disini Ki, biar kulihat ke depan…”
Selesai berucap Ki Anom langsung melesat. Di balik rerimbunan belukar suara takbir semakin jelas. “Allahhuakbar, Allahhuakbar… Allahhuakbar…”
“Hai, siapa mereka. Aku tak mengenal seorangpun dari mereka…” Ki Anom tak sempat melanjutkan bergumam ketika dari arah depan terdengar teriakan. “Hentikan rombongan! Lihat ada rombongan seperti kita di depan. Barangkali kesasar.”
Kepala Dusun Losari merasa tak perlu lagi bersembunyi. “Assalamualaikum…”
Kepala rombongan didepan setengah terkejut. “Waalaikumsalam…”
Dialah Ki Warta pemimpin rombongan tersebut. Usianya sepantaran dengan Ki Anom. “Ki Sanak, siapakah engkau? Apakah dari rombongan di depan?”