MEDIASERUNI.ID – Kisah Lemuria, benua purba yang konon hilang dari permukaan bumi, telah memikat imajinasi manusia selama berabad-abad. Dari buku-buku kuno hingga teori konspirasi modern, nama Lemuria selalu memunculkan pertanyaan, apakah benar ada daratan luas yang hilang, atau sekadar legenda yang mempesona.
Awal mula istilah Lemuria muncul pada abad ke-19, ketika ilmuwan Philip Sclater mengajukan dugaan adanya daratan yang menghubungkan Madagaskar, India, dan Asia Tenggara.
Dugaan ini muncul dari keanehan distribusi fauna, yang sulit dijelaskan jika hanya berdasarkan daratan yang ada sekarang. Teori ilmiah ini kemudian bertransformasi menjadi legenda, menyingkap bayangan peradaban purba yang canggih.
Menurut legenda, Lemuria bukan sekadar tanah yang hilang. Peradaban ini disebut memiliki teknologi tinggi, mampu memanfaatkan energi kristal, berkomunikasi melalui telepati, dan menjalin hubungan spiritual yang mendalam dengan alam semesta.
Kisah ini menyulut rasa penasaran, karena terdengar seperti cerita fiksi ilmiah yang bercampur dengan kebijaksanaan mistis. Menariknya, beberapa peneliti modern menaruh perhatian pada wilayah Indonesia.
Letak geologis Nusantara yang berada di pertemuan tiga lempeng bumi membuat kemungkinan tenggelamnya daratan purba bukan sekadar imajinasi.
Tanah Nusantara, dengan segala kekayaan budaya dan situs purbanya, menjadi panggung yang mungkin menyimpan jejak Lemuria. Salah satu situs yang sering dikaitkan dengan teori ini adalah Gunung Padang di Cianjur.
Struktur batu yang menakjubkan ini diperkirakan lebih tua dari piramida Mesir, dan beberapa ilmuwan menduga terdapat lapisan yang tersembunyi di bawah tanahnya, menyimpan rahasia peradaban ribuan tahun silam.
Penemuan ini memicu spekulasi: mungkinkah Nusantara menjadi bagian dari Lemuria yang hilang? Secara ilmiah, bukti konkret masih sulit ditemukan.
Namun teori Sundaland, tentang daratan luas yang tenggelam di Asia Tenggara pada zaman es, mendukung kemungkinan adanya peradaban purba yang pernah berjaya sebelum perubahan besar bumi menenggelamkan wilayahnya. Hal ini membuka ruang bagi imajinasi dan penelitian lebih lanjut tentang masa lalu Nusantara.
Akhirnya, Lemuria mungkin bukan hanya soal benua yang hilang. Ia adalah cerminan spiritual manusia, keingintahuan akan asal-usul, dan pencarian hubungan harmonis dengan alam semesta.
Dan siapa yang tahu, di balik lapisan bumi Nusantara, masih tersimpan rahasia besar yang menunggu untuk ditemukan, sebuah misteri yang bisa mengubah cara kita melihat sejarah dan keberadaan manusia di bumi. (*)