MEDIASERUNI.ID – Masa sekolah merupakan momen yang paling berkesan dalam hidup. Salah satu hal yang masih penulis ingat yaitu kata mutiara bahasa Arab yang sangat bermakna: “Sebaik-baik teman duduk di setiap waktu adalah buku.” Kata-kata ini mengingatkan kita akan pentingnya membaca dalam kehidupan sehari-hari.
Membaca memperluas pengetahuan, memperkaya imajinasi, meningkatkan kemampuan analitis, membentuk karakter, serta menginspirasi dan memotivasi. Buku-buku yang kita baca menjadi teman setia yang menyertai kita dalam suka dan duka.
Namun, kondisi membaca di Indonesia masih memprihatinkan. Indeks Membaca Dunia (2022) menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara, dan rata-rata waktu membaca per hari hanya 15 menit (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2020).
Negara-negara seperti Jepang dan Finlandia telah menjadikan membaca sebagai budaya nasional dan pendidikan membaca sejak usia dini, sehingga mencapai peringkat tinggi dalam indeks membaca dunia.
Sejarah mencatat bahwa kemajuan suatu bangsa erat kaitannya dengan perkembangan literasi.
Misalnya, pada masa keemasan Islam (abad ke-8-13 M), perpustakaan dan pusat pembelajaran seperti Perpustakaan Al-Ma’mun di Baghdad dan Universitas Al-Azhar di Kairo menjadi pusat ilmu pengetahuan dan inovasi.
Untuk meningkatkan minat baca, perlu dilakukan kerja sama antara pemerintah, pihak swasta, masyarakat dan sekolah.
Pemerintah dapat membangun perpustakaan dan program pendidikan membaca, pihak swasta dapat memberikan sponsor dan donasi, masyarakat dapat mengembangkan budaya membaca di keluarga dan komunitas, serta sekolah dapat mengintegrasikan membaca dalam kurikulum.
Dengan demikian, kita dapat membangun budaya membaca yang kuat dan memajukan bangsa. Kerja sama semua pihak sangat penting untuk meningkatkan minat baca dan membangun masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia. (*)
Dadan Saepudin, M.Pd
Ketum PD PGMNI Kabupaten Bandung Barat. (*)