MEDIASERUNI.ID – Gunung Kerinci, puncak tertinggi di Sumatera, terkenal bukan hanya karena keindahan alamnya, tapi juga misteri kabut tebal yang kerap muncul tiba-tiba. Bagi pendaki dan warga lokal, kabut ini bukan sekadar fenomena cuaca, tapi seolah memiliki “kehidupan” sendiri, menutup jalur dan mengubah arah langkah manusia secara misterius.

Kabut misterius di Gunung Kerinci bisa muncul berlapis-lapis, bergerak seakan mengikuti kehendak sendiri. Banyak pendaki melaporkan, mereka berjalan lurus di tengah kabut, tapi beberapa jam kemudian kembali ke titik awal.

Fenomena ini membuat banyak orang merasa tersesat, seolah berada di dunia lain yang tersembunyi di balik tirai putih yang pekat. Penduduk adat menyebut kabut ini ‘Asap Penutup Dunia’ perlindungan para makhluk halus penjaga gunung. Saat kabut turun, batas dunia manusia dan dunia gaib menjadi tipis.

Baca Juga:  Gubernur Jabar Dukung Penguatan Masyarakat Adat dan Pelestarian Budaya di Majalengka

Mereka yang meremehkan aturan tak tertulis Gunung Kerinci berisiko tersesat, bahkan ada yang menghilang sementara sebelum kembali ke jalur semula.

Fenomena ini diperkuat oleh pengalaman pendaki. Beberapa mengaku mendengar suara langkah atau teriakan dari arah yang salah, akibat kabut memantulkan suara.

Kompas pun kadang berputar liar di area tertentu, seolah medan magnet gunung tidak bersahabat bagi manusia. Ada pula yang merasa “dipanggil” oleh sesuatu yang tak terlihat, menambah kesan mistis kabut Kerinci.

Kabut Kerinci juga bisa muncul tiba-tiba di siang bolong, menutup pandangan seketika. Barang yang jatuh atau langkah yang salah di tengah kabut kadang “lenyap” sementara, menciptakan cerita tentang pendaki yang ditemukan jauh dari jalur semula, tanpa luka, seolah dikembalikan oleh sang penjaga gunung.

Baca Juga:  Sisi Mistis Harimau, Pemangsa Ganas Ini Tenyata Takut Api

Karena itu, masyarakat lokal memiliki ritual sebelum mendaki, memohon izin kepada leluhur dan roh penjaga Kerinci. Kabut dipercaya bisa menyingkap jalur bagi yang datang dengan niat baik, dan menutup jalan bagi yang berniat buruk.

Ini menunjukkan bahwa kabut bukan sekadar fenomena alam, tapi “makhluk” yang menjaga keseimbangan gunung. Gunung Kerinci, dengan kabutnya yang misterius, mengingatkan bahwa alam menyimpan rahasia yang tak bisa dijangkau sepenuhnya manusia.

Setiap langkah di tengah kabut bukan hanya soal navigasi, tapi ujian rasa hormat terhadap alam dan kekuatan gaib yang bersemayam di balik tirai putih yang pekat. (*)