MEDIASERUNI.ID – Kerajaan Huristak, salah satu kerajaan Batak yang pernah berdiri di Kecamatan Huristak, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara.
Didirikan pada abad ke-16 oleh keturunan Kekaisaran Kushan dari India Utara, kerajaan ini awalnya bercorak Buddha. Pada abad ke-19, pengaruh Islam masuk, dan setelah rajanya memeluk Islam, kerajaan ini secara resmi mengadopsi corak Islam.
Meskipun tidak sepopuler kerajaan-kerajaan besar di Sumatera, Kerajaan Huristak memiliki keunikan karena tidak pernah tersentuh oleh bangsa penjajah.
Hal ini dimanfaatkan oleh penguasanya untuk menjadikan Huristak sebagai basis perjuangan dalam meraih kemerdekaan Indonesia.
Salah satu peninggalan bersejarah dari kerajaan ini adalah Bagas Godang Huristak, yang masih berdiri hingga kini dan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Kerajaan Huristak.
Meskipun tidak banyak dikenal, Kerajaan Huristak memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, terutama dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan wilayahnya dari pengaruh penjajah.
Jejak Yunani Kuno
Kerajaan Huristak, yang berakar dari wilayah Sumatera Utara, memiliki sejarah panjang yang menghubungkan Nusantara dengan peradaban kuno Yunani.
Jejak sejarah ini merentang lebih dari 2.600 tahun, menjadikan Huristak sebagai bukti peradaban lokal serta interaksi budaya dan migrasi yang melibatkan dunia Barat dan Timur.
Wilayah Orestis di Makedonia kuno adalah tanah asal suku Oristai. Terletak di pegunungan barat Makedonia, Orestis dikenal sebagai wilayah strategis dengan kota penting, Argos Orestikon
Kota ini diyakini sebagai tempat asal dinasti Argead sebelum mendirikan kerajaan Makedonia yang besar. Nama Orestis sendiri diyakini berasal dari mitologi Yunani, yaitu Orestes, putra Agamemnon.
Era penaklukan Aleksander Agung (336–323 SM) menjadi momentum penyebaran budaya Yunani ke Asia. Koloni-koloni Yunani didirikan di berbagai wilayah, termasuk Bactria, Asia Tengah, dan Asia Selatan.
Migrasi ini tidak hanya menyebarkan budaya tetapi juga genetik, seperti haplogroup J2a1i, yang ditemukan pada komunitas Yunani kuno di Pella, ibu kota Makedonia.
Jejak genetik ini, ribuan tahun kemudian, ditemukan kembali pada keturunan Raja Oristak di Sumatera Utara, memberikan bukti adanya hubungan genetik yang melintasi waktu dan ruang.
Pada abad ke-17, Raja Sohataon mendirikan sebuah wilayah bernama Orista di antara dua sungai besar di Sumatera Utara. Nama ini perlahan berubah menjadi Oristak dan kemudian Huristak seiring perkembangan bahasa dan reformasi ejaan di Indonesia.
Raja Sohataon dikisahkan sebagai keturunan Sultan Zulkarnain, nama yang dalam tradisi Islam sering diidentifikasi dengan Aleksander Agung. Legenda ini mencerminkan sinkretisme antara tradisi lokal, mitos Islam, dan pengaruh Yunani.
Penemuan genetik dan sejarah lisan memberikan fondasi untuk menghubungkan Kerajaan Huristak dengan peradaban besar dunia, khususnya Yunani kuno.
Huristak, yang berdiri hingga hari ini, bukan hanya simbol kebanggaan masyarakat Sumatera Utara, tetapi juga bukti interaksi budaya global yang melibatkan Yunani kuno. (*)