MEDIASERUNI – Kecamatan Klari, Karawang, menyimpan kisah penuh misteri. Sekelompok penari ronggeng tenggelam di Sungai Citarum, yang mengalir di sepanjang daerah tersebut, menjadi saksi bisu sebuah peristiwa tragis yang hingga kini masih menjadi bahan perbincangan masyarakat setempat yang mereka sebut Leuwi Goong.
Demikian masyarakat setempat menyebut lokasi tenggelamnya kelompok penari ronggeng itu. Disebut begitu, karena dalam waktu-waktu tertentu warga disana kerap mendengar suara gong misterius yang diperkirakan berasal dari sekitar sungai.
Menurut cerita yang diwariskan turun-temurun, peristiwa tersebut terjadi puluhan tahun silam ketika sekelompok penari ronggeng sedang dalam perjalanan untuk menghibur masyarakat di sekitar Kecamatan Klari.
Para penari itu menaiki perahu menyusuri Sungai Citarum, membawa perlengkapan tari seperti kostum, alat musik, dan tentunya gong yang menjadi instrumen penting dalam tarian ronggeng. Namun, nasib naas menghampiri mereka. Perahu yang mereka tumpangi tenggelam di tengah derasnya arus sungai, dan tak ada satupun dari mereka yang selamat.
Tragedi tersebut meninggalkan luka mendalam bagi warga sekitar, namun yang lebih menakutkan adalah kemunculan fenomena aneh setelahnya. Hingga kini, banyak warga setempat yang mengaku sering mendengar suara gong berdentang di sekitar lokasi tenggelamnya kelompok ronggeng tersebut, Meskipun tidak ada kegiatan apapun di sana.
Suara misterius ini terdengar jelas, terutama pada malam hari, menambah aura mistis di sekitar sungai tersebut. Mereka percaya, suara gong itu adalah milik kelompok penari yang tenggelam dan masih ‘menari’ di dunia lain.
Nama “Leuwi Goong” sendiri berasal dari kata “leuwi,” yang dalam bahasa Sunda berarti cekungan sungai, dan “goong,” yang merujuk pada suara gong. Nama ini menjadi sangat dikenal di daerah tersebut, seolah menjadi pengingat akan peristiwa tragis yang tidak pernah benar-benar terhapus dari ingatan kolektif masyarakat.
Tak sedikit pula yang menganggap bahwa area ini angker dan penuh misteri, sehingga banyak orang yang memilih untuk menghindari lokasi ini, terutama saat malam hari.
Cerita-cerita mistis seputar Leuwi Goong juga sering kali dihubungkan dengan kepercayaan masyarakat akan kekuatan supranatural di sekitar sungai.
Banyak yang percaya bahwa roh-roh para penari yang tenggelam masih menghuni daerah tersebut, dan suara gong yang terdengar adalah wujud mereka yang masih “melanjutkan” tarian di dunia lain. Sebagian masyarakat bahkan meyakini bahwa suara gong tersebut menjadi semacam pengingat untuk menghormati mereka yang telah tiada.
Kisah Leuwi Goong semakin berkembang dan menjadi bagian dari tradisi lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Bahkan, ada yang percaya bahwa siapa pun yang mendengar suara gong itu di malam hari harus segera pergi dari lokasi, karena dipercaya membawa pertanda buruk.
Meskipun belum ada bukti ilmiah yang dapat menjelaskan fenomena ini, kepercayaan masyarakat tetap kuat. Bagi sebagian orang, fenomena ini hanyalah bagian dari mitos atau sekadar sugesti.
Namun, bagi yang pernah mendengar langsung suara gong tersebut, kisah ini menjadi lebih dari sekadar cerita rakyat. Ada yang merasa ketakutan, tetapi ada juga yang merasa terpesona dengan misteri yang menyelimuti tempat tersebut.
Setiap orang yang mendengar kisah ini memiliki pendapat yang berbeda, tetapi yang pasti, misteri Leuwi Goong telah menambah warna dalam kehidupan masyarakat Klari.
Seiring dengan berkembangnya zaman, kisah Leuwi Goong masi sering menjadi bahan diskusi, baik di kalangan penduduk setempat maupun para pengunjung yang penasaran.
Bagi sebagian wisatawan yang tertarik dengan hal-hal berbau mistis, lokasi ini bahkan dianggap sebagai tempat yang layak untuk dikunjungi guna merasakan sensasi dari legenda yang hidup di tengah masyarakat.
Leuwi Goong, dengan segala keangkeran dan misteri yang menyelimutinya, tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya lokal. Meskipun hanya berupa cerita rakyat, kisah ini seolah terus hidup, mencerminkan betapa kuatnya ikatan masyarakat dengan sejarah dan legenda yang membentuk identitas mereka.
Di tengah derasnya arus modernisasi, Leuwi Goong tetap berdiri sebagai pengingat akan masa lalu yang tak akan pernah sepenuhnya terhapus dari ingatan. (*)