Karawang, MEDIASERUNI – Masyarakat Jawa kaya akan tradisi dan kepercayaan, diantaranya mitos selasa kliwon, dimana pada hari itu disarankan untuk tidak melakukan ritual pernikahan karena dipercaya akan membawa sial.
Meskipun belum teruji secara ilmiah, larangan ini memiliki akar kuat dalam kepercayaan tradisional masyarakat Jawa. Bahkan larangan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang dijunjung tinggi.
Mitos Selasa Kliwon
Hari Selasa sendiri dalam budaya Jawa dipandang sebagai saat yang sarat dengan energi negatif. Dipercayai bahwa pada hari ini, kekuatan gaib lebih dominan daripada hari-hari lainnya.
Sedangkan Kliwon, salah satu pasaran dalam kalender Jawa, dipandang memiliki makna spiritual tertentu. Kombinasi antara dua kekuatan ini, Hari Selasa dan Kliwon, dianggap sebagai waktu yang kurang baik untuk memulai segala sesuatu yang baru.
Dibalik larangan ini, terdapat sejumlah mitos dan legenda yang turut memperkuat kepercayaan akan kesialan pada hari Selasa Kliwon. Meskipun mungkin terdengar seperti cerita yang berlebihan, kepercayaan ini masih tetap mengakar kuat dalam masyarakat Jawa.
Kisah-kisah lama menyebutkan bahwa energi negatif atau kekuatan gaib lebih kuat pada hari tersebut, mampu membawa kesialan, masalah, bahkan perceraian bagi pasangan yang menikah pada hari itu.
Larangan menikah pada hari Selasa Kliwon bukanlah sekadar kebiasaan sehari-hari. Bagi masyarakat Jawa, ini adalah bagian dari warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Meskipun tidak semua orang mempercayainya, larangan ini dihormati dan dipertahankan sebagai bagian tak terpisahkan dari tradisi dan identitas budaya. Sekaligus kekayaan spiritual masyarakat Jawa yang tetap terjada hingga sekarang.
Menghormati larangan ini bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi juga tentang menghargai kepercayaan nenek moyang serta menjaga keseimbangan alam dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun larangan ini masih dijunjung tinggi, pergeseran budaya dan modernisasi juga memberikan dampak. Sehingga semakin banyak pasangan yang memilih untuk mengabaikan larangan ini dan melangsungkan pernikahan pada hari Selasa Kliwon.
Namun, bagi sebagian besar masyarakat Jawa, tradisi tetap menjadi panduan utama dalam mengambil keputusan besar seperti pernikahan. Larangan ini tetap dijunjung tinggi sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya.
Menghormati larangan ini bukan hanya tentang kepatuhan, tetapi juga tentang mempertahankan kearifan nenek moyang serta menjaga keseimbangan dalam peri kehidupan sehati-hari. (Rijki/*)