Lelaki itu bernama Simin. “Maaf raden, apakah raden hendak ke Jatiwangi.”
“Benar, dan sebetulnya bapak hendak kemana?”
“Alhamdulillah… Syukur Gusti Allah… Kami pun hendak ke Jatiwangi, tapi kesasar. Ah, beruntunglah bertemu Raden…”
Simin lantas memceritakan kalau sebetulnya dirinya pun membawa rombongan orang-orang dusunnya. Karena kesasar bekal yang mereka bawa habis. Dia sendiri bersama teman-temannya berusaha mencari dusun terdekat untuk minta bantuan bekal.
Mengertilah putra Ki Ageng Ngudung. Dahulu, pernah dia diajak ayahnya mengunjungi pemukiman di sebelah utara Blora. Tetapi belum ada Dusun Blora Baru. Pemukiman itu masih sepi, dan hanya ada tak lebih 25 kepala keluarga.
Kalau kemudian menjadi dusun, entahlah. Barangkali saja ada sebagian warga Dusun Blora yang pindah kemudian menetap disana menjadi warganya.
Apalagi, sempat tersirab kabar Dusun Blora diserang wabah penyakit dan bencana kekeringan, sehingga warganya beramai-ramai pindah ke pemukiman di sebelah utara itu, hingga terbentuknya Dusun Blora yang baru.