“Kalian bertemu dengan mereka?”
“Oh, maaf Raden. Kalau yang Raden maksud orang-orang dusun disebelah Wetan hutan ini, sebaiknya Raden batalkan pencarian. Mereka semua tewas.”
“Tewas…, apa maksudmu Wiratama?!” Jakfar Sodiq kaget. Beberapa orang dibelakangnya terlihat maju. “Benar Raden, dan kami sudah menguburkannya.”
Wiratama Parta kemudian menceritakan bahwa mereka sempat bentrok dengan orang-orang berseragam prajurit yang bentrok dengan orang-orang dusun itu. Sayang mereka datang terlambat.
“Kami tidak tahu mereka prajurit dari mana, karena tidak mengenakan tanda-tanda keprajuritan…”
Baru saja Wiratama Parta akan melanjutkan bicara mendadak terlihat kelebatan Santri Sutisnah. “Kita terlambag Raden, orang-orang Dusun Blora semuanya tewas…”
Sutisnah berucap setelah mengangguk hormat pada Wiraatama Parta. Dibelakang Sutisnah lelaki bernama Simin hanya menunduk dalam.
“Innalillahi Wainnailaihi Rojiun…” Setelah menarik napas dalam, Jakfar Sodiq pun pamit kepada Wiratama Parta. “Sekali lagi, terima kasih atas bantuan Wiratama menguburkan mereka. Dan, kami pamit melanjutkan perjalanan.”