MEDIASERUNI – Belajar tidak harus melalui seorang guru, terkadang lingkungan dimana kita tinggal atau alam pun bisa menjadi guru terbaik, yang mengajarkan ilmu sangat berharga. Inilah yang terjadi pada Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, ulama besar asal Palestina.

Ibnu Hajar Al-‘Asqalani populer dengan semangat belajarnya yang luar biasa. Nama lengkapnya adalah Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar, tetapi lebih dikenal sebagai Ibnu Hajar al-Asqalani.

Ibnu Hajar Al-‘Asqalani menjadi tema menarik untuk penulis ungkapkan karena berisi kesabaran dan ketekunan dalam menimbah ilmu, setelah penulis mendapat tugas menjadi pembina upacara di awal tahun ajaran 2024/2025, belum lama ini.

Nenek moyak Ibnu Hajar al-Asqalani berasal dari Ashkelon, Palestina. Suatu ketika, Ibnu Hajar Al Asqalani sempat menyerah dan meminta izin pada gurunya untuk pulang karena merasa tak mampu menjadi ahli ilmu.

Baca Juga:  Bisa Dicoba di Rumah, Sembilan Cara Hemat Kelola Keuangan

Setelah bujukan yang terus diberikan, gurunya akhirnya mengizinkan Ibnu Hajar untuk kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang, Ibnu Hajar terhalang hujan lebat sehingga harus berteduh di sebuah gua.

Di dalam gua tersebut, ia melihat sebuah batu besar yang tertimpa tetes demi tetes air hujan hingga membuat batu tersebut terkikis dan berlubang.

Kejadian tersebut membuat Ibnu Hajar merenung dan merefleksikan dirinya. Ia sadar bahwa batu keras saja mampu terkikis dan berlubang oleh air hujan, maka tak mungkin otaknya yang tak sekeras batu tak membekaskan apapun dari ilmu yang terus diterima dari gurunya.

Menyadari hal itu, Ibnu Hajar Al Asqalani kembali kepada gurunya dengan semangat baru dalam mencari ilmu. Ia pun berubah menjadi anak cerdas, bahkan berhasil mengungguli teman-temannya. Semakin dewasa, Ibnu Hajar Al Asqalani berhasil menjadi ulama terkemuka dengan keilmuannya di bidang hadits.

Baca Juga:  Sampah Menumpuk, KBB Terancam Banjir: Kapan Solusinya?

Berdasarkan perjalanan ulama besar Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam menuntut ilmu, kita belajar tentang pentingnya semangat pantang menyerah. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan semangat dalam belajar dengan diiringi doa, ikhtiar, dan berserah diri pada Sang Pencipta, Allah SWT.

Seperti seorang pencari kayu bakar yang berlelah-lelah mencari kayu ke hutan, satu demi satu batang kayu dikumpulkannya. Setelah kayu terkumpul, ia berikhtiar untuk menjualnya. Ketika kayu itu terjual, ia merasakan manisnya hasil dari proses berlelah-lelah.

Begitu pula dalam menuntut ilmu, kita harus memiliki semangat untuk meraih ilmu tersebut. Seorang ulama pernah berkata “Laa tarum ‘ilman wa tatruk al-ta’ab” yang berarti “Jangan kau berharap ilmu sementara kau meninggalkan rasa lelah.” (Dadan Saepudin/Mediaseruni)