Lalu, “Siut” kemudian “Siuut” dan beberapa kali lagi belasan anak panah menghujani Mahisa Kicak dan pasukanya, sebelum mereka saling berlompatan bertukar posisi memanah.
Lagi tujuh prajurit tumbang ditembus anak panah. Mahisa Kicak pun menggeram. Marah dia menerkam laksana macan lapar dengan sepuluh jari membentuk cakar. Jangankan tubuh manusia, batu karang sekalipun akan hancur begitu tersentuh cakarnya.
Akan tetapi luput. Tiga orang berseragam hitam cepat sekali berkelebat bertukar posisi sambil lepaskan anak panah. “Keparat!”
“Kau yang keparat, manusia kebal!” (bersambung)