MEDIASERUNI – Karapan Sapi bukan hanya sekadar perlombaan, melainkan juga simbol kebanggaan dan warisan budaya yang memperkaya kehidupan masyarakat Madura, Jawa Timur. Tradisi ini juga menggambarkan kekompakan, semangat persaingan, dan kecintaan terhadap hewan sapi yang kuat dan tangguh.

Bagi masyarakat Madura, tradisi ini telah ada sejak berabad-abad lalu, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Madura. Hingga saat ini, karapan sapi tetap menjadi daya tarik wisata yang populer di daerah tersebut.

Karapan Sapi bukan hanya sekadar perlombaan; ini juga merupakan acara pesta rakyat dan momen prestisius bagi masyarakat Madura. Status sosial pemilik sapi terangkat jika sapinya menjadi juara. Sapi-sapi ini sering dijadikan investasi, dilatih, dan dirawat sebelum bertanding.

Baca Juga:  Bertukar Makanan Saat Berbuka Tradisi Unik Masyarakat Arab Selama Ramadan

Asal Usul Karapan Sapi
Ada dua versi mengenai asal-usul kata Karapan atau Karapan Sapi. Pertama, istilah ini berasal dari kata Madura  Kerap  atau Kirap, yang artinya berangkat dan dilepas secara bersama-sama atau berbondong-bondong. Versi kedua menyebut bahwa Karapan berasal dari bahasa Arab Kirabah, yang artinya persahabatan.

Dalam perlombaan Karapan Sapi, sepasang sapi menarik kereta kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi) dan berlomba dengan cepat melawan pasangan sapi lainnya. Trek pacuan biasanya sekitar 100 meter, dan lomba berlangsung selama sekitar sepuluh detik hingga 1 menit.

Baca Juga:  Buntut Kasus Pembunuhan Asma, Polisi Tangkap 6 Penadah Motor Korban

Perlombaan Karapan Sapi terdiri dari beberapa jenis, mulai dari Karapan Kecil tingkat kecamatan hingga Karapan tingkat karesidenan. Para juara dari tiap wilayah berkompetisi dalam lomba Karapan Sapi yang menjadi puncak acara.

Istilah – Istilah Karapan Sapi
Pemilik Sapi: Mereka memiliki sapi-sapi yang berlomba.
Tukang Tongko: Mereka mengendalikan sapi-sapi pada kereta (kaleles).
Tukang Tambeng: Mereka memegang tali sapi sebelum dilepas.
Tukang Gettak: Mereka mendorong sapi untuk berlari saat diberi isyarat.
Tukang Tonja: Mereka membimbing dan memimpin sapi.
Tukang Gubra: Mereka memberikan semangat dan dukungan selama lomba. (Rijki/*)