TANAH BATAK memang menjadi tujuan perjalanan Haji Usman. Makanya setelah pertemuan para kalifah (baca; ulama) di Hamparan Perak, diapun langsung pamit…
Namun, sebelum berangkat, ia sempat membisiki Wak Ahmad, sesepuh Kampung Hamparan Perak akan menyinggahi Kampung Persatuan, di Perbaungan, saat itu sudah menjadi kampung besar yang ramai dikunjungi pendatang.
Pagi itu, dipinggiran kota Perbaungan terasa lain. Tidak seperti daerah-daerah pinggiran pada umumnya. Sunyi dan Lengang sedikit pula rumah penduduk, tapi yang ini padat dan ramai.
Dari arah jalan besar terlihat sebuah gerobak berjalan terseok-seok ditarik dua ekor sapi gemuk. Saisnya seorang lelaki tua bernama Wak Karmin. Barusan tadi sempat melirik sederetan tulisan ditulis menggunakan huruf besar berbunyi Kampung Bali, setelah melewati satu tikungan.
Kemudian sebaris lagi agak ke timur tertera tulisan Kampung Banten, kemudian Kampung Melayu dan Kampung Kek yang dihuni orang-orang keturunan Tionghoa beragama Islam.
Mereka bekerja sebagai kuli kuli kasar bangunan maupun pekerja-pekerja kebun. Mereka telah membaur dengan orang orang pribumi. Disini keunikannya. Kampung kampung tersebut terpisah tempat dan letak. Memiliki wilayah serta nama kampung masing-masing. Namun mengaku sebagai warga Kampung Persatuan.