Kesiapan pembangkit tak lepas dari terjaminnnya rantai pasok energi primer. Darmawan menjelaskan, saat ini seluruh pembangkit memiliki stok energi primer di atas Hari Operasi Pembangkit (HOP).
Menurut Darmawan, sistem monitoring secara ‘end to end’ dan terdigitalisasi membuat sistem manajemen energi primer di PLN makin kokoh.
“Pasokan energi primer dalam posisi yang aman, rata-rata di atas 20 hari operasi. Kita melakukan monitoring ‘end to end’ dan ternyata upaya itu berbuah manis, dimana hari ini pasokan energi primer untuk pembangkit kita dalam suasana yang andal dan aman,” kata Darmawan.
Darmawan merinci, pasokan batubara untuk PLTU milik PLN tidak ada yang statusnya ’emergency’ dengan rata-rata pada rentang 22,2 – 31,9 HOP.
Begitu juga untuk pasokan gas yang berada di volume 802,84 billion british thermal unit (BBTU) untuk pembangkit di regional Jawa-Madura-Bali, 226,03 BBTU untuk regional Sumatera, 53,56 BBTU untuk regional Kalimantan dan 35,86 BBTU untuk regional Sulawesi.
Sedangkan untuk pasokan BBM juga dalam kondisi aman dengan rata-rata cadangan mencapai 14,3 HOP di seluruh wilayah tanah air.