“Jadi dilihat aja dari perubahan. Contohnya, dari warna ada perubahan tidak, yang kedua dari baunya yaitu pertama sampah datang baunya seperti apa dan setelah disemprotkan selang sehari seperti apa,” terang Guruh.
Mengenai pemakaiannya, bakteri probiotik ini, Guruh menyebutkan, hanya sekali saja disemprot lalu campurkan dan sudah selesai tinggal tunggu hasilnya
Untuk pengaplikasian terhadap sampah itu sendiri, bakteri probiotik ini bisa meredam bau dan membentuk proses penguraian lebih cepat dari sebelumnya. Dan tinggal di sesuaikan komposisinya dengan jumlah sampah yang di hasilkan.
“Ini aplikatif lohh, jadi di rumah juga bisa dilakukan tanpa memerlukan perlakuan khusus, yang penting tidak kehujanan,” kata Guruh.
Ditambahkan Guruh, cuma yang jadi kendala itu pemilihan sampahnya, jadi harus ada kesadaran dari masyrakat untuk bisa membedakan mana sampah organik dan unorganik.
“Masyarakat tehh ayoo kewajiban kita nihh, pilah sampah mana organik mana unorganik mulai dari rumah,” cetusnya. (Yogi Kurnia/Mds)