Overconfidence sering kali disebabkan oleh kecenderungan untuk berpikir terlalu optimis dan berlebihan terhadap keyakinan, kemampuan, serta kepercayaan diri mereka dalam berinvestasi.
Selain itu, kemudahan akses informasi melalui media sosial sering kali memperkuat rasa percaya diri tersebut, namun tidak semua informasi yang beredar akurat, dan investor yang terlalu percaya diri dapat mengambil keputusan tanpa analisis yang mendalam.
Akibatnya, banyak investor terburu-buru dalam mengambil keputusan investasi tanpa memahami analisis fundamental perusahaan, yang memperburuk kondisi ketika mereka memilih saham yang tidak sesuai dengan profil risiko.
Overconfidence bias mengakibatkan investor menjadi meremehkan, mengabaikan, menaksir terlalu rendah risiko yang kemungkinan terjadi di masa mendatang. Investor yang mengalami overconfidence bias cenderung mengambil keputusan investasi yang lebih agresif.
Terutama dalam kondisi pasar yang penuh ketidakpastian seperti selama pandemi COVID-19. Mereka seringkali mengabaikan risiko pasar dan lebih mengandalkan intuisi pribadi daripada analisis data yang mendalam, sehingga meningkatkan frekuensi dan volume transaksi.