“Blarr!” lalu “Dukk!”
Tubuh Tengku Layang terjajar tiga langkah kebelakang. Dari sudut bibirnya meleleh darah segar. “Jahanam! Keparat! Siapa kau!”
Saat itu dihadapan Tengku Layang dan Tengku Aba tegak anak muda mengenakan pakaian kelabu dan bagian kepala ditutupi peci hitam. Mahisa yang mengenali sosok didepan langsung berseru girang. “Haji Usman…” (bersambung)