MEDIASERUNI – Kembalinya Haji Usman ke Tanah Batak memang sudah tersiar di kalangan pengikut Sisingamangaraja. Rakyat Batak tahu manusia disapa Bang Haji inilah yang membantu diam-diam perlawanan Sisingamangaraja.

Bahwa kini Haji Usman kembali ke Tanah Batak inilah yang menjadi pertanyaan. Pada saat penyerbuan kompeni belanda di Pulau Samosir Haji Usman sedang berada di Pulau Jawa bertemu Sangaji.

Perihal kehadiran Haji Usman itu juga sempat jadi bahan perbincangan Mandor Surak dan Parjo yang saat itu sedang mengejar sosok berseragam kelabu. Sosok itu sempat mencuri dengar percakapan Surak dan Parjo.

“Berhenti Ki Sanak! Jangan paksa aku menyerangmu!” Bentak Parjo manusia berjuluk Kumbang Dari Kulon sambil mempercepat larinya.

Persis di kedalam hutan agak lebat sosok berseragam kelabu hentikan lari dan menjurah hormat. “Salam hormat, manusia berjuluk Kumbang Dari Kulon.”

Parjo nampak terkejut. Di tanah Batak ini, kecuali Mandor Surak hanya Haji Usman yang tahu siapa sesungguhnya dirinya. Makanya Parjo pun langsung tajamkan penglihatan yang tersaput gelapnya hutan. Dan betapa kagetnya begitu mengenali sosok didepannya. “Saudara Mahisa, kaukah itu…”

Baca Juga:  Peringatan HUT Kodam III/Siliwangi, Kodim 0619/PWK Ziarah ke TMP Sirnaraga

“Hahahaa, terakhir kita bertemu di kediaman Sangaji. Setelah itu aku mendengar kabar engkau mengamuk di Sunda Kelapa…” ucap sosok kelabu, dan memang dialah Mahisa alias Pendekar Walet Putih.

Sesaat kedua tokoh silat pejuang itupun berpelukan. “Betul, tapi pasukanku hancur. Kami dikhianati dan dijebak.”

“Ah, siapa keparat yang pengkianat itu.” Mahisa terlihat geram. “Orang-orang silau dengan uang kompeni.” Mahisa masih menahan geram. Parjo menatap lurus. “Pasukanku tercerai berai, sebagian tewas, sebagian ditangkap dan sebagian lagi selamat dan bergabung dengan Sangaji.”

Parjo menghela napas. “Aah, engkau sendiri kabarnya mengamuk di Tanah Minang. Apa yang terjadi hingga berada di Tanah Batak.”

Baca Juga:  MANDOR SURAK (2)

Mahisa pun lantas menceritakan pertemuannya dengan Haji Usman. Bahkan membawa perintah Panglima Besar Aceh menyerahkan surat kepada Haji Usman. Apa isi surat itu, Mahisa sendiri pun tak mengetahui.

“Aku sudah bertemu dengannya, dan kabarnya beliau pun akan ke Tanah Batak. Menurut perhitunganku saat ini mestinya sudah berada di Tanah Batak.” Mahisa menarik napas, lantas tiba-tiba tertawa. “Ahhh, Si Suryalaya itu, ternyata bermukim pula di tanah ini…”

Mendengar nama Suryalaya disebut Parjo pun tersenyum lebar. Raden Suryalaya, memang sebutan lain Mandor Surak selain Surageni dan Pendekar Sambar Nyawa. “Kami bertemu di Lampung, pasukannya pun dikhianati, dan nasibnya sama denganku.”

Demikian, setelah puas bertukar kabar, Mahisa pun minta diri, dan akan kembali ke Padepokan Walet Putih. Dia sudah rindu dengan putranya Rebo. Sekarang mungkin sudah jadi pemuda dan pastinya gagah seperti ayahnya…. (tamat)